KBRT - Di awal Ramadan, pedagang lauk dan sayur siap konsumsi menjamur di Trenggalek. Tetapi, harga bahan pokok masakan yang tak kunjung turun membuat mereka harus putar otak untuk tetap berjualan melayani pelanggan seperti biasa.
Begitu juga dengan Sulistyowati (41), pemilik Warung Sulis sekaligus warga RT 04 RW 05, Desa Pogalan, Kecamatan Trenggalek. Ia mengaku terdampak dengan naiknya harga beberapa bahan pokok.
“Kenaikan harga bahan pokok sangat berpengaruh. Saya sudah beli bahan dengan harga tinggi, tetapi tidak bisa menaikkan harga jual karena takut kehilangan pelanggan,” keluh Sulis.
Selain tidak bisa menaikkan harga jualannya, Sulis juga bimbang karena jika ia mengurangi takaran ataupun kualitas lauk dan sayur yang ia jual, komplain dari konsumen sudah pasti meledak.
“Yang bisa saya lakukan adalah mengambil keuntungan lebih sedikit dari biasanya supaya tidak kehilangan pelanggan,” ujarnya.
Di Warung Sulis terdapat berbagai macam lauk dan sayur siap konsumsi, seperti sayur lodeh, sayur sop, soto, tumisan, ayam goreng, ikan laut, ikan sungai, pepes, hingga rawon. Namun, ia tidak membuat semua itu sendiri.
“Ada sekitar 20 orang yang menitipkan lauk dan sayurnya di sini. Saya biasa ambil untung Rp1.000 untuk setiap lauk titipan orang,” jelasnya.
Saat ini Sulis memasang harga yang masih sama dari dulu untuk beberapa sayur dan lauknya. Yang berbeda hanya sebagian lauk, seperti ikan laut dan udang.
“Semua harga sayur berada di Rp5.000, kecuali untuk soto dan rawon, Rp8.000 dan Rp10.000 satu bungkusnya,” paparnya.
Sulis sudah menekuni usahanya ini sejak lama. Hampir setiap hari ia rutin berjualan, dan baru kali ini ia melihat banyaknya pedagang musiman lauk dan sayur baru di Trenggalek. Namun, ia mengaku persaingan yang semakin ketat ini tak menghilangkan pelanggannya.
“Syukur alhamdulillah, setiap hari dagangan selalu laku dan habis. Saya rasa ini disebabkan oleh pelanggan yang selalu setia beli di sini,” ungkapnya.
Sulis menerangkan bahwa orang-orang yang menitipkan dagangan kepadanya kerap kali mengadukan tingginya harga bahan pokok saat datang ke warungnya.
“Yang banyak mengeluh itu penjual sambal. Dia selalu mengenang harga cabai yang tambah meningkat. Dari minggu lalu yang masih Rp90.000 per kilogram, sekarang menjadi Rp100.000 lebih per kilonya,” jelas Sulis.
Kabar Trenggalek - Ekonomi
Editor:Zamz