KBRT - Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM) Tulungagung, Suripto, menandatangani nota kesepahaman (MoU) kerja sama pendidikan dengan Masjid Al-Ghufron di Kuala Lumpur, Malaysia, pada Ahad (15/06/2025). Kerja sama tersebut mencakup program magang pengelolaan masjid, Kuliah Kerja Nyata (KKN), serta Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) bagi mahasiswa STAIM.
Penandatanganan MoU tersebut menjadi penutup dari rangkaian rihlah akademik STAIM Tulungagung yang dimulai dari Songkhla, Thailand, menuju Malaysia. Perjalanan lintas negara ini menjadi bagian dari upaya penguatan jaringan pendidikan Islam di kawasan Asia Tenggara.
“Masjid Al-Ghufron bukan hanya tempat ibadah, tetapi menjadi pusat kegiatan umat yang lengkap — mulai dari pendidikan, ekonomi, hingga dakwah digital. Ini menjadi inspirasi nyata dalam membangun kampus berbasis nilai-nilai Islam yang terintegrasi,” ujar Suripto kepada Kabar Trenggalek.
Perjalanan akademik ini dimulai dari Pantai Samila, Songkhla, Thailand. Setelah melintasi perbatasan di Bukit Kayu Hitam, Malaysia, rombongan STAIM melanjutkan perjalanan ke Masjid Al-Ghufron, yang terletak di kawasan strategis Taman Tun Dr. Ismail, Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur.
Rombongan tiba di kompleks masjid pada tengah malam dan disambut hangat oleh pimpinan masjid. Penginapan para peserta disediakan di lantai 3, yaitu Suite Firdaus, yang dilengkapi fasilitas layaknya hotel berbintang.
Pagi harinya, kegiatan dimulai dengan salat Subuh berjamaah dan kuliah Subuh di masjid. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan perjamuan makan pagi dan prosesi penandatanganan MoU antara STAIM Tulungagung dan Masjid Al-Ghufron.
MoU ini menjadi tonggak kerja sama resmi yang akan ditindaklanjuti dalam bentuk Memorandum of Agreement (MoA). Poin penting dalam kerja sama ini adalah membuka peluang mahasiswa untuk praktik langsung pengelolaan masjid modern di luar negeri.
Masjid Al-Ghufron sendiri dikenal sebagai prototype masjid masa depan. Dilengkapi ruang ibadah, sekolah, ruang konferensi, perpustakaan Islam, hingga studio dakwah digital, masjid ini menjadi pusat integrasi antara spiritualitas dan keilmuan. Fasilitas lainnya termasuk Toko Wakaf Umat, koperasi syariah, hingga klinik konseling keluarga Islam.
“Model pengelolaan masjid seperti Al-Ghufron ini bisa menjadi rujukan dalam merancang sistem pendidikan tinggi Islam yang tidak hanya akademis, tetapi juga membentuk karakter mahasiswa yang religius dan sosial,” kata Suripto.
Tak hanya fokus pada pendidikan, masjid ini juga menjalankan berbagai program sosial, pelatihan dakwah, dan pemberdayaan ekonomi umat. Dengan jalur pedestrian ramah difabel, sistem energi surya, dan pengelolaan lingkungan yang baik, Masjid Al-Ghufron menjadi simbol keberlanjutan dan inklusivitas.
Rihlah akademik ini menjadi pengalaman penting bagi civitas akademika STAIM Tulungagung dalam memperluas wawasan, memperkuat ukhuwah Islamiyah, dan menyiapkan jejaring kolaborasi internasional.
Kabar Trenggalek - Pendidikan
Editor:Lek Zuhri