Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI) merupakan organisasi wadah menghimpun Tenaga Ahli Farmasi Profesi Asisten Apoteker (AA) seluruh Indonesia, yang sekarang disebut Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK). Sejarah Persatuan Ahli Farmasi Indonesia dapat direkam jejaknya dari zaman penjajahan Belanda.Melansir dari laman
pafitapanulitengah.org, PAFI didirikan pada tanggal 13 Februari 1946 di Yogyakarta. Hingga hari ini, Hari Persatuan Ahli Farmasi Indonesia diperingati setiap 13 Februari.Dalam buku "Bibliografi Sejarah Farmasi Pada Masa Hindia Belanda", yang ditulis Setia Gumilar dan Fathia Lestari, dijelaskan pada masa Hindia Belanda, pelayanan farmasi dilakukan oleh tenaga farmasi. Meskipun sejak tahun 1882 ada kebijakan pemerintah dalam menentukan pelayanan farmasi hingga ke tenaga farmasi, pada kenyataannya ada tiga tenaga farmasi yang ada di Hindia Belanda. Ketiga tenaga farmasi tersebut adalah toekang rempa-rempa, shin she dan apoteker.
Ahli Farmasi dari Cina
Catatan Raffles menunjukkan bahwa golongan asing yang paling banyak dan berpengaruh di Hindia Belanda khususnya di Jawa adalah orang-orang Cina. Salah satunya karena toko obat Cina dilengkapi dengan ahli farmasi.Salah satu pengaruh orang Cina adalah obat-obat dari jenis tumbuhan yang digunakan untuk resep pengobatan. Tenaga farmasi dari orang-orang Cina biasa disebut Sin she. Sin she biasanya menjual obat di toko obat. Toko obat Cina biasanya dijual dengan harga grosir.Obat-obatan yang dijual oleh mereka didapatkan dari luar Hindia Belanda, seperti dari Singapura. Di depan toko, disimpan keranjang penuh dengan rempah, seperti gadoeng Tjina, pala, lada, ketumbar, biji kenari, almond, djinten putih, dan berbagai minyak-minyakan dengan kualitas lebih bagus.Beberapa Sin she sering menjual obat dengan kualitas berbeda dan dengan harga lebih tinggi untuk mendapatkan banyak uang. Meijer pernah mencoba obat sakit gigi yang dibeli dari Sin She, namun menurutnya keberhasilannya hanya sedikit.Sin she biasanya memiliki toko-toko Obat. Toko obat Cina yang besar biasanya berada di kota-kota besar, dan memiliki jenis toko yang sama. Di depan toko selalu terpampang nama toko besar dengan tulisan Cina dan di bawahnya menggunakan tulisan melayu. Hal ini sebagai pengenal supaya diketahui sebagai sebuah toko.Tulisannya menggunakan karakter berwarna emas.79 Terlebih toko obat besar, biasanya dilengkapi dengan ahli farmasi. Meski mereka hli farmasi, mereka masih menjual rempah-rempah yang sama dengan orang-orang Jawa.Toko Cina yang ada di Batavia yang berada di jalan-jalan sempit dan memanjang. Toko obat sering kali berdampingan dengan toko-toko lainnya seperti restoran.Apoteker Cina biasanya menentukan sendiri pelaksanaan pelayanan farmasi,dan mereka tentu orang-orang yang pernah belajar di Cina. Setiap apotek melakukan kesepakatan mengenai pelayanan apoteker, contohnya dalam membuat resep obat.Selain mereka membeli bahan-bahan dari Cina, banyak obat-obat yang dijual dalam resep Cina adalah hasil impor dari kawasan Timur-Tengah. Di Batavia, ada seorang ahli farmasi Cina yang paling mirip dengan Hakka, contohnya Tjiong Tjoen Tat yang terkenal pada masanya.Apotek Cina sudah memiliki pakaian khusus yang dpakai oleh apotekernya, peralatan-peralatan pelayanan kesehatan dan farmasi khusus. Pakaian dan peralatan tersebut mengikuti tradisi mereka. Bila apotek lengkap, mereka pasti memiliki seribu macam bahan obat yang berbeda.Di apotek, bukan hanya obat-obatan dari Cina saja yang dijual melainkan obat-obatan dari Jepang yang harganya lebih mahal karena kualitas yang lebih bagus, bijinya lebih besar, akar-akaran lebih bersih. Mereka membuat obat-obatan sendiri, dengan dua acara.Pertama, mereka memotong dengan menggunakan pisau potong di atas meja semua bahan yang dibutuhkan. Kedua, mereka menumbuk dengan menggunakan besi panjang berbentuk perahu, mereka sebut yaozhou atau yaoonanzi atau disebut penggilingan obat, mereka menumbuk (menggiling) menggunakan kaki.Meski banyak orang Eropa masih meragukan pengobatan Cina, namun pengobatan Cina dan Eropa memiliki kesamaan dalam pengaturan farmasi serta persiapan dalam penanganan obat.
Sekilas Persatuan Ahli Farmasi Indonesia
Ahli Farmasi Indonesia sudah ada sejak di proklamasi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tanggal 17 Agustus 1945. Para ahli farmasi telah berjuang bahu membahu dengan semua golongan masyarakat, untuk melenyapkan penjajahan dari muka bumi Indonesia. Selain itu, mereka turut aktif mempertahankan NKRI, pembangunan masyarakat, dan negara.Ahli Farmasi Indonesia merupakan salah satu potensi pembangunan yang tidak pernah absen dalam perjuangan pembangunan negara. Sebagai salah satu potensi pembangunan sesuai fungsinya, Ahli Farmasi Indonesia disamping tugas keseharian, tetap ikut serta mempertinggi taraf kesejahteraan umum, khususnya di bidang kesehatan masyarakat dan farmasi.PAFI dan Pengurus Pusat PAFI berkedudukan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berazaskan Pancasila. Organisasi PAFI adalah Organisasi Profesi yang bersifat Kekaryaan dan Pengabdian.Tujuan PAFI yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat Indonesia, mengembangkan dan meningkatkan pembangunan farmasi Indonesia, serta meningkatkan kesejahteraan anggota.