Akhir-akhir ini mainan jadul bernama lato-lato kembali viral setelah sekian lama ditelan bumi. Lato-lato sudah ada sejak tahun 1970-an di beberapa negara, seperti Inggris.
Sejarah mainan viral lato-lato, masuk di Indonesia sekitar tahun 1990 dan menjadi mainan anak-anak yang populer di masa itu.
Di Inggris, ada penyebutan yang berbeda-beda untuk lato-lato. Seperti "klackers", "clackers", "klik-klaks", "whackers", "bangers", ataupun "knockers". Meski berbeda-beda tetap merujuk pada mainan yang terdiri atas dua buah bandul yang dihubungkan dengan seutas tali. Yang dimainkan dengan cara memuklkan kedua bandul tersebut.
Lato-lato dimainkan dengan mengayunkan ujung tali yang menghubungkan dua buah bandul berbentuk bola. Kemudian, setelah diayunkan kedua bandul tersebut akan saling terbentur dan menimbulkan suara yang cukup memekakan telinga.
Permainan ini cukup menyenangkan, orang yang memainkan lato-lato menjadi tertantang. Karena agar bandul bolanya berbenturan dengan stabil tidaklah mudah. Perlu konsentrasi dan fokus agar berhasil memainkan lato-lato.
Berdasarkan catatan We Are South Devon, di Torbay, sebuah kota kecil di negara Inggris, sekitar tahun 1971, mainan ini begitu populer di kalangan anak-anak dan remaja. Banyak produsen lato-lato yang meraup pundi-pundi keuntungan karena begitu laris manisnya di pasaran.
Produsen lato-lato di Inggris berhasil memasakan hingga ke luar negeri dan lato-lato bisa populer juga. Bahkan, saking populernya di Calcinatello, sebuah provinsi di Italia Utara, pada awal 1970-an ada kompetisi tahunan untuk penggemar lato-lato.
Lato-Lato Mirip Senjata Koboi
Tak semua yang populer itu baik seperti lato-lato ini. Karena dibalik kepopulerannya, lato-lato sempat menjadi permasalahan nasional di Inggris. Membuat pemerintah setempat melakukan pengujian apakah lato-lato harus dilarang di negaranya.
[caption id="attachment_25964" align=alignnone width=1080] Ilustrasi pemakaian bolas oleh koboi argentina[/caption]
Ada beberapa dampak buruk yang ditimbulkan mainan ini. Seperti pecahan bandul bola yang bisa melukai anak, bentuknya yang seperti senjata bisa disalahgunakan, dan bisa membuat patah tulang. Suara berisik yang ditimbulkan lato-lato juga lumayan mengganggu orang di sekitar.
Pada awal kepopulerannya lato-lato membuat was-was para orang tua di Torbay. Pasalnya, bentuk lato-lato mirip dengan senjata koboi Argentina bernama bolas, sebuah senjata yang biasanya dipakai untuk berburu hewan lama.
[caption id="attachment_25965" align=alignnone width=508] Bolas, senjata tradisional koboi Argentina smber Ebay[/caption]
Para orang tua khawatir jika mainan tersebut dijadikan alat kenakalan anak-anaknya. Karena bentuknya yang mirip dengan senjata bolas, bisa saja lato-lato digunakan sebagai mana senjata tersebut. Sehingga di taman bermain bisa terdapat kekerasan yang ditimbulkan lato-lato.
Benar saja, banyak kekerasan yang ditimbulkan lato-lato. Beberapa anak-anak dilukai menggunakan lato-lato. Tak hanya itu, benturan yang cepat dari bola-bola membuat tulang tangan anak yang masih muda bisa patah. Alhasil, banyak sekolah yang melarang siswanya membawa mainan ini ke sekolah.
Alasan lain sekolah melarang siswanya membawa lato-lato adalah karena ada kesalahan disain yang mendasar pada bahan yang dipakai. Plastik akrilik memiliki karakteristik seperti kaca. Sehingga, jika semakin lama terbentur bisa pecah dan pecahannya dapat melukai mata anak-anak.
Menanggapi mudah pecahnya bahan yang dipakai untuk membuat lato-lato, produsen menggantinya dengan bahan plastik solid dan tidak mudah pecah. Yakni dengan polistiren yang keras dan menghilangkan gelembung udara di dalam bola bandul lato-lato.
Hingga akhirnya sekitar tahun 1971, permainan ini lama-lama mulai memudar di masyarakat. Sehingga para produsen lato-lato berhenti memproduksi dan memulangkan karyawannya. Setidaknya sekitar 170 pekerja di pabrik produsen lato-lato di Inggris terdampak dan menyisakan 400 juta lato-lato tak terpakai di gudang.
Setidaknya, di Amerika pada tahun 1985 lato-lato masuk daftar 10 mainan terlarang dan paling berbahaya untuk anak-anak. Berjejer dengan mainan Lab Energi Atom U-238, sebuah mainan yang menggunakan radio aktif uranium.
Lato-Lato di Indonesia
Sejauh ini, lato-lato kembali populer di Indonesia setelah viral di TikTok. Sebelumnya, lato-lato awal masuknya di Indonesia sekitar tahun 1990-an. Pada tahun tersebut lato-lato menjadi mainan anak-anak masa itu. Namun, tidak se-booming sekarang yang didukung adanya sosial media.
Setelah tahun 2000-an awal, lato-lato memudar kepopulerannya di Indonesia. Seolah-olah mainan ini bak ditelan bumi.
Pada bulan November 2022, mainan ini tiba-tiba muncul kembali dan menarik atensi publik. Aplikasi TikTok-lah yang membuat lato-lato viral dan kembali booming menjadi mainan anak-anak di Indonesia.
Karena seseroang yang mengupload video bermain lato-lato kemudian ada pengguana TikTok lain yang tertarik memainkan lato-lato. Akhirnya menimbulkan efek berantai dan lato-lato kembali dimainkan.
Sejauh ini, berdasarkan pantauan Kabar Trenggalek, belum ada dampak buruk yang ditimbulkan mainan lato-lato. Anak-anak masih bermain sewajarnya dan belum menunjukan adanya dampak negatif seperti kekerasan yang pernah terjadi di Inggris pada tahun 1971.
Bahkan, di Trenggalek sendiri sempat ada main bareng lato-lato. Seperti yang diuplaod di Instagram @ILoveTrenggalek. Dalam video tersebut nampak ramai anak-anak beradu siapa yang paling lama bisa memaninkan lato-lato di depan Pasar Pon.
Dalam kegiatan main bareng tersebut banyak anak-anak yang berkumpul untuk ikut serta. Alhasil kompetisi tersebut menarik perhatian publik yang ada di Pasar Pon.
“Entah siapa yang pertama kali menginisiasi game ini tapi saya salut karena mereka sukses membuat anak-anak agar tidak bergantung pada gadget,” tulis admin I Love Trenggalek.