Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Peringati Hari Kebebasan Pers Internasional, AJI Kediri: Lawan Pembungkaman!

Peringati Hari Kebebasan Pers Internasional, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kediri berikan Anugerah Pers Mahasiswa Lingkar Wilis (Apmalis).

Saat dikonfirmasi Kabar Trenggalek, Danu Sukendro, Ketua AJI Kediri, mengungkapkan peringatan ini sebagai media menyatukan suara dalam memperjuangkan kebebasan berekspresi dan melawan pembungkaman.

Sebelumnya, peringatan Hari Kebebasan Pers Internasional ini rutin digelar oleh AJI tiap tahunnya. Dan tahun ini, AJI Kediri menggandeng pers mahasiswa yang tergabung dalam Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI).

"Di situ melibatkan PPMI DK Kediri, PPMI DK [Dewan Kota] Tulungagung, dan PPMI DK Madiun," ungkap Danu.

Dalam kegiatan Apmalis ini, AJI Kediri mengusung tema "Menguatkan Kapasitas dan Kompetensi Pers Mahasiswa sebagai Kawah Candradimuka Pers Indonesia".

Potret peserta dari Pers Mahasiswa Lingkar Wilis sedang berkumpul/Foto: Beni Kusuma (Kabar Trenggalek)

Maksud dari tema tersebut, Danu mengungkapkan pers mahasiswa adalah tempat penempaan dan belajar bagi generasi penerus pers indonesia.

"Secara praktis, kami, pers di Indonesia itu memerlukan regenerasi yang punya kompetensi dan kapasitas yang seharusnya melampaui kondisi saat ini," ujar Danu.

Bicara tentang Pers Indonesia di masa depan, Danu mengungkapkan banyak tantangan yang harus dihadapi. Karena sering terjadi seorang jurnalis direpresi karena sebuah pemberitaan.

Oleh karena itu, lanjut Danu, pers mahasiswa harus menjadi kawah candradimuka, tempat penggodokan generasi penerus pers di Indonesia.

"Kemudian, nalar pers nasional itu perlu diasah. Karena banyak juga kepentingan-kepentingan pragmatis yang membuat pers itu untuk tidak berkembang," terang Danu.

Sebagai bentuk dukungan, pada peringatan Hari Kebebasan Pers Internasional ini, AJI Kediri juga membuka kelas klinik jurnalistik. Dalam kelas klinik jurnalistik tersebut, peserta diajak diskusi tentang pengembangan jurnalistik.

Adapun materi yang diberikan adalah konvergensi media, audio-visual, dan investigating reporting.

"Karena itu saya berharap bahwa pers mahasiswa ini menjadi sumber pers nasioanl, mereka ditempa sedemikian rupa kemudian menjadi sumber kekuatan pers nasional kuat," ungkap Danu.

Selain itu, Danu juga mengkritik kampus yang merepresi Pers Mahasiswa karena sebuah pemberitaan. Karena keberadaan pers mahasiswa sudah diakui Dewan Pers dan masuk ke dalam kuadran dua.

"Jadi, ketika ada sengketa pemberitaan yang terkait pers mahasiswa itu tetap harus melalui mekanisme hak jawab dan dilindungi dewan pers," terang Ketua AJI Kediri tersebut.

Kemudian, Danu juga mengungkapkan pentingnya pencegahan awal untuk meminimalisir kejadian represif terhadap pers mahasiswa. Sehingga advokasi oleh awak pers mahasiswa diutamakan terlebih dahulu.

Kemudian, pencegahan represif terhadap pers mahasiswa itu dalam bentuk membuat liputan yang aman. Maksud dari aman ini, Danu menerangkan, kritik itu tetap keras tapi tetap memperhatikan kode etik jurnalistik.

"Sehingga ketika ada advokasi-advokasi tetap ada celah bagi kami [AJI Kediri] untuk mengadvokasi dan bisa menghasilkan sebuah perlindungan yang maksimal," terang Danu.