KBRT - Sama seperti daerah lainnya, Trenggalek juga memiliki masalah tumpukan sampah. Tumpukan sampah seolah menjadi sosok yang menakutkan, karena selain mengancam kesehatan masyarakat, juga menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir. Anehnya, sampah tetap saja selalu bertumpuk.
Sampah yang dihasilkan mencapai ratusan ton, sementara tidak memiliki tempat pembuangan yang layak. Akhirnya, sampah dibiarkan menumpuk di tempat pembuangan sementara hingga berhari-hari.
Ketika hujan turun, masalah pun timbul. Bau busuk menyengat hidung, jalan pun becek dan kotor. Barangkali, hanya ribuan lalat saja yang mensyukurinya karena bisa berpesta dengan kotoran sampah tersebut.
Sampah-sampah nonorganik seperti plastik, fiber, kaleng, karet, steling foam, dan lain-lain, yang bisa didaur ulang pun dikumpulkan untuk dijual. Karena selain mengurangi volume sampah, juga sampah berjenis plastik yang tidak bisa diuraikan oleh mikro organisme.
Sampah dari jenis organik merupakan bahan-bahan (materi) yang bisa dioptimalkan pemanfaatannya. Tentu sangat banyak jenis sampah organik yang selama ini terbuang begitu saja, seperti buah-buahan busuk/terlalu matang, daun-daunan, ikan basah, sisa kue, dan lain sebagainya.
Padahal, dari sekian banyak sampah organik yang dibuang, sangat banyak yang bisa diolah menjadi biogas, misalnya buah-buahan busuk, daun-daunan, pelepah pisang, kulit buah-buahan, dan lain-lain.
Sampah-sampah organik itu bisa diubah menjadi energi biogas sebagai pengganti minyak tanah atau gas alam. Sehingga setiap rumah tangga atau warung makanan, tidak perlu lagi mengeluarkan uang untuk membeli minyak tanah atau gas, yang semakin hari harganya semakin tinggi.
Dalam hal pemanfaatan sampah organik menjadi biogas, setidaknya ada tiga manfaat yang dapat diambil sekaligus dilansir dari buku Membuat Biogas dari Sampah Organik karya Ir. R. Badrussalam yakni mampu menanggulangi masalah tumpukan sampah, lebih memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh energi pengganti minyak tanah dan gas, dan menghemat pengeluaran anggaran rumah tangga/warung makanan.
Untuk mengubah sampah organik menjadi biogas dengan menerapkan sebuah teknologi sederhana, berupa teknologi anerobik, dimana semua orang bisa melaksanakannya, tanpa terkecuali.
Secara ilmiah, gas yang mampu dihasilkan dari hasil pengolahan sampah organik ini merupakan gas yang mudah terbakar (flammable), sebagai hasil dari proses fermentasi oleh bakteri anaerob, yaitu bakteri yang mampu hidup dalam ruangan kedap udara/kondisi tanpa udara.
Pada umumnya, semua jenis bahan organik dapat menghasilkan biogas, melalui proses anaerob ini. Namun, hanya bahan organik homogen, dalam bentuk padat maupun cair.
Apabila sampah organik itu mengalami pembusukan, akan menghasilkan gas yang disebut dengan metana (CH4) dan karbondioksida (CO2). Dari kedua bahan yang dihasilkan itu, hanya metana saja yang dapat dimanfaatkan untuk energi atau bahan bakar.
Selain kedua unsur tersebut, juga bisa dihasilkan unsur gas lainnya seperti amonia, hidrogen sulfida, merkaptan (tio alkohol) dan gas lainnya. Perhatikan komposisi gas yang dihasilkan oleh sebuah reaktor biogas.
Kabar Trenggalek - Kesehatan