Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Para Pemuda Trenggalek Mengubah Sampah dan Limbah Minyak Jelantah Menjadi Rupiah

Kabar Trenggalek - Permasalahan sampah dan limbah sudah menjadi hal yang sangat kompleks yang menyebabkan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, para pemuda Trenggalek melakukan aksi pengelolaan limbah dan sampah menjadi barang yang bermanfaat dan memiliki nilai ekonomi, Sabtu, (23/10/2021).Menghadapi hal demikian, dua pemuda asal Kabupaten Trenggalek tak berhenti lelah dalam memberikan bentuk penyadaran masyarakat. Mereka melakukan aksi dengan mengumpulkan sampah yang bernilai ekonomi, dan limbah minyak jelantah yang bisa ditukarkan dengan rupiah.Seperti yang ditekuni pegiat bank sampah Bumi Minak Sopal Trenggalek, Edy Susanto meraup omset sebesar Rp. 70 juta selama satu bulan. Edy dan teman-temannya memiliki nasabah bank sampah sebanyak 300 orang. Dalam satu bulan, mereka mampu mengumpulkan sampah sebanyak 8 ton."Dengan adanya nilai ekonomi atau uang, masyarakat pasti banyak yang tertarik. Pada tahun 2017 awalnya cuma 100 nasabah, kini sudah berkembang menjadi 300. Langkah awal yang sangat baik," ujar laki-laki kelahiran 2 Januari 1984 itu.Baca juga: Pemuda Trenggalek Mengumpulkan Minyak Jelantah Jadi RupiahEdy dan teman-temannya belum memiliki tempat daur ulang sampah dari hasil setoran nasabah tersebut. Edy masih mengirimkan hasil pilahan sampah kepada pihak pengepul untuk ditukar sengan nilai rupiah. Sehingga bisa memecah tiga tabungan bank sampah yang dia prakarsasi bersama sembilan orang."Nasabah bisa mengambil tabungan dengan tiga kategori, tabungan hari raya, tabungan pendidikan dan tabungan amal. Alhamdulilah hal demikian sudah berjalan dari tahun 2017," tandasnya.Jalan yang sama juga baru dirintis Taufik Hidayat Ardi Saputra, pria asal Kecamatan Watulimo, Trenggalek. Taufik nampak gigih mengumpulkan minyak jelantah untuk ditukarkan dengan rupiah. Tantangan berhadapan dengan masyarakat kerap Taufik temui.Baca juga: Pemuda Trenggalek Inisiasi Bank Sampah hingga Menghasilkan RupiahBerawal pesimis bahwa minyak jelantah tidak bisa ditukar dengan nilai rupiah, Taufik berani mencoba dan mampu membeli dari masyarakat untuk dikumpulkan dengan seharga Rp. 3.500 sampai dengan Rp. 4.000 per kilogram, dengan akumulasi 4 kwintal."Ternyata setelah saya turun untuk mengumpulkan minyak jelantah dari masyarakat, banyak yang belum mengetahui bahwa barang yang tidak bisa dipakai lagi tersebut ada nilai rupiah," tegasnya.Kedua pemuda tersebut, berangkat dari organisasi Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Trenggalek. Mereka menciptakan komunikasi antar pengurus di tingkat kecamatan. Para pemuda Trenggalek itu saling bergandeng tangan dengan pemikiran pemberdayaan masyarakat Trenggalek.Melalui aksi para pemuda Trenggalek ini, harapannya bisa menginspirasi pemuda Trenggalek lainnya untuk lebih peduli lingkungan serta menghasilkan pemasukan ekonomi masyarakat Trenggalek di masa pandemi Covid-19.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai dengan *