Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Ngeri! Bencana Tanah longsor Hantui Trenggalek, Ini Buktinya

Kabar Trenggalek -Bencana tanah longsor hantui Bumi Menak Sopal Trenggalek, hal demikian merujuk data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Trenggalek, sekitar 150 kejadian bencana selama pertengahan 2022, Selasa (16/08/2022).Berdasarkan data BPBD Trenggalek, mayoritas kebencanaan adalah tanah longsor dengan tingkat kefatalan menyebabkan satu korban meninggal.Pelaksana teknis Kepala Pelaksana (Plt Kalaksa) BPBD Trenggalek, Ahmad Budiharto, menyampaikan update data kejadian bencana sampai 31 Juli 2022.Budiharto menyebutkan, kejadian bencana di Trenggalek meliputi tanah longsor 59 kejadian, angin kencang 26 kejadian, banjir 25 kejadian, karhutla nol kejadian.Selain itu, banjir ada 25 kejadian, tanah gerak dua kejadian, gempa 38 kejadian, dan kekeringan nol kejadian."Jumlah total ada 150 bencana di Kabupaten Trenggalek," tegas Budi.Berdasarkan rekapitulasi bencana, adapun tiga kecamatan dengan tingkat kejadian tertinggi.Rincinya, di Kecamatan Tugu ada 13 tanah longsor dan 3 banjir; dan di Kecamatan Pule ada 14 tanah longsor dan 1 banjir. Kemudian, di Kecamatan Munjungan, ada 8 tanah longsor, 4 banjir, serta 1 angin kencang."Kebencanaan di Kecamatan Munjungan menyebabkan satu korban meninggal, satu luka ringan. Sedangkan satu korban luka ringan di Kecamatan Gandusari," ujar Budiharto.Menurut Budiharto, Kecamatan Tugu menjadi wilayah paling rawan terjadi bencana. Ketika melihat geografis wilayah yang berbatasan dengan Ponorogo itu, ada satu Desa Gading yang terletak di atas Bendungan Nglinggis.Khususnya di desa itu, lanjut Budiharto, beberapa stakeholder termasuk Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Trenggalek mengintervensi agar mengurangi pengolahan sawah di bidang yang bukan peruntukannya.Budiharto mencontohkan, penggunaan tanah yang seharusnya tidak digunakan untuk pengolahan lahan persawahan, karena tanah itu bukan milik perorangan, kas desa, maupun tanah pemajakan."Untuk mengurangi pembebanan dari tanah yang ada dibawahnya. Yang kebetulan persis di atas bendungan," ucapnya.Adapun faktor lain, kata Budiharto, adalah struktur tanah di Kecamatan Tugu. Ia menyebutkan, struktur tanah di wilayah itu terdiri dari material batu kerikil pasir. Material itu memicu daya kelekatan tanah menjadi tidak optimal, sehingga rawan longsor."Jadi untuk perekat, kurang," tegasnya.Menyinggung upaya penanaman pohon, Budiharto mengatakan kalau Pemkab Trenggalek sudah berkali-kali berkolaborasi dengan beberapa stakeholder, seperti dengan Polres dan Kodim 0806 terkait penanaman pohon."Sebelumnya juga pernah di Kecamatan Panggul [penanaman pohon]," terangnya.Meski demikian, menurutnya Budiharto, pihak yang berperan penting dalam menanam pohon adalah Perum Perhutani. Sebab, sebagian besar wilayah Trenggalek adalah milik perum perhutani."Kalau untuk tanah pemajekan, jadi sekarang sifatnya bukan lagi satu jenis tanaman atau homogen, tapi sudah heterogen," sambungnya.BPBD Trenggalek mengungkapkan, bencana merupakan kejadian yang tidak dapat diprediksi kapan datang. Oleh karena itu, masyarakat harus tetap meningkatkan kewaspadaan.