KBRT - Di sebuah gang kecil di sebelah timur Pasar Bendo, berdiri warung sederhana yang masih setia mengepulkan asap kayu bakar sejak subuh. Warung tersebut adalah tempat lahirnya nasi tewel legendaris buatan almarhum Pak Eko, yang kini diteruskan oleh putrinya, Riska (32).
Warung ini sudah menjadi bagian dari jejak kuliner warga Trenggalek sejak 1970-an. Setelah Pak Eko wafat pada Oktober 2021, warung ini sempat tutup selama dua bulan karena duka mendalam yang dirasakan keluarga.
“Setelah bapak meninggal pada Oktober 2021 lalu, warung sempat tutup selama 2 bulan karena ibu saya sangat terpukul dengan kepergian bapak yang menemani ibu dari yang dulunya tidak punya apa-apa,” ujar Riska.
Menurut Riska, sebelum diwariskan kepada ayahnya, warung ini dikelola oleh neneknya dan sempat berlokasi di seberang jalan raya, tepat di selatan Pasar Bendo. Baru pada tahun 1990-an, warung pindah berdampingan dengan rumah keluarga mereka.
“Sekarang karena ibu masih tidak bisa memasak, kini hanya saya dengan bulek yang memasak setiap hari,” terangnya.
Meski tidak seramai masa jayanya di awal 2000-an, Riska tetap menjaga cita rasa warisan keluarganya. Ia masih menggunakan resep asli yang diingat dengan baik oleh saudari ibunya, yang dulu turut membantu memasak bersama Pak Eko.
“Sampai sekarang saya tidak mematok harga untuk nasi tewel, tetapi kebanyakan pelanggan dari dulu belinya Rp 5.000, terkadang ada juga yang meminta dibuatkan porsi Rp 6.000,” jelasnya.
Tak hanya nasi tewel, warung tersebut juga menyediakan lauk tambahan seperti tempe goreng, bothok, ikan laut goreng, telur, hingga lele goreng. Semua diolah secara sederhana dengan menggunakan pawon atau tungku tradisional berbahan bakar kayu.
“Tetapi karena sekarang sudah tidak seramai dulu, saya biasa buat telur goreng setelah ada pesanan atau made by order,” ungkap Riska.
Warung ini buka setiap hari mulai pukul 06.00 WIB hingga 17.00 WIB. Waktu paling ramai biasanya saat jam sarapan dan makan siang. Dalam sehari, Riska mengaku bisa menghabiskan sekitar lima kilogram nasi. Jumlah tersebut sudah terbilang banyak dibandingkan kondisi warung setelah ditinggal Pak Eko.
“Saya tetap bersyukur, karena sekarang warung ini tetap terus berjalan. Meski tidak seramai dulu, penghasilannya tetap mencukupi setiap hari,” tandasnya.
Kabar Trenggalek - Sosial
Editor:Zamz