Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account

Meski Kesulitan Mencari Pupuk, Jumlah Panen Padi Petani Watulimo Naik Persen

  • 19 Mar 2025 10:00 WIB
  • Google News

    KBRT - Musim panen padi telah tiba. Saat ini, banyak petani di Watulimo disibukkan dengan kegiatan memanen padi di sawah mereka. Mayoritas petani di Watulimo menggunakan mesin pemanen padi atau yang biasa disebut "dos" untuk mempercepat proses panen.

    Syawali (54), petani asal Desa Sawahan, mengatakan bahwa meskipun sempat mengalami kesulitan mendapatkan pupuk subsidi, jumlah panen kali ini mengalami kenaikan sekitar 20% dibandingkan panen sebelumnya.

    “Ya, panen ini sedikit naik, Mas. Saya dapat sekitar 1 ton, naik sekitar 20% dari panen sebelumnya,” ujar Syawali.

    Syawali saat ini mengolah sawah seluas sekitar 2.500 meter persegi. Ia menjelaskan bahwa cuaca sangat berpengaruh terhadap hasil panen. Menurutnya, saat musim kemarau atau yang ia sebut sebagai "musim gadon," hasil panen cenderung lebih sedikit, tetapi kualitas beras yang dihasilkan lebih baik.

    Sebaliknya, pada musim penghujan atau "musim lanyah," jumlah panen lebih banyak, tetapi kualitas berasnya tidak sebaik saat musim kemarau. Saat ini, harga padi mencapai Rp6.500 per kilogram, dan para petani menjual hasil panennya langsung ke PT Bulog.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    “Kalau jumlah panen itu tergantung musim, ya. Kami menyebutnya musim gadon dan musim lanyah. Musim gadon itu sulit air, jadi hasil panennya sedikit, tetapi kualitas berasnya bagus. Sedangkan musim lanyah, karena air melimpah, jumlah panen biasanya lebih banyak, tetapi kualitas berasnya tidak sebagus musim gadon,” terangnya.

    Selain faktor cuaca, jumlah dan kualitas panen juga dipengaruhi oleh ketersediaan pupuk. Menurut Syawali, kesulitan utama yang dihadapi petani saat ini adalah sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi. Akibatnya, mereka sering terlambat memberikan pupuk pada tanaman padi mereka.

    Jenis pupuk subsidi yang digunakan para petani adalah pupuk Phonska dan pupuk Urea. Syawali biasanya mendapatkan pupuk tersebut dari kelompok tani dengan harga Rp300 ribu per paket, yang terdiri dari 50 kg pupuk Phonska dan 50 kg pupuk Urea.

    “Saat ini sulit mencari pupuk. Keluhan utama kami ya sulitnya mendapatkan pupuk subsidi. Kemarin pupuknya sering telat, dan itu jelas mempengaruhi hasil panen. Harapan kami saat ini, ketersediaan pupuk bersubsidi bisa dipermudah,” tandasnya.

    Kabar Trenggalek - Sosial

    Editor:Zamz

    ADVERTISEMENT
    Lodho Ayam Pak Yusuf