Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Lima Tahun Geluti Budidaya Jamur Tiram, Pemuda Asal Trenggalek Bertahan di Tengah Pandemi

Lima Tahun Geluti Budidaya Jamur Tiram, Pemuda Asal Trenggalek Bertahan di Tengah Pandemi
KABARTRENGGALEK.com - Berlatar belakang bekas karyawan pabrik, Miftakhul Anwar mampu mengubah mindset-nya menjadi wirausahawan budi daya jamur tiram. Perjalanan yang sudah dimulai sejak lima tahun silam ini mampu bertahan dan tidak kaget akan merosotnya produksi panen jamur tiram di bumi menak sopal, minggu (11/07).

Miftah pernah mengalami beberapa pembelajaran saat membuat baglog (media tanam jamur tiram). Kini, Miftah sudah berani meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar dengan sistem bisnis kemitraan jamur tiram. Usaha mandirinya yang berlabel Mili Farm ini sudah mampu menyerap anggota 67 kemitraan budidaya jamur tiram.

Dalam sistem kemitraan budi daya jamur tiram ini, Miftah akan terus mendampingi anggota dalam perawatan sampai masa panen tiba, bahkan sampai proses penjualannya.

"Untuk sistem kemitraan ini tanggung jawab saya jika ada masyarakat yang membeli media tanam jamur tiram baglog, nanti saya akan pantau perkembangannya hingga panen, bahkan pangsa pasarnya," jelas pemuda 33 tahun ini.

Bahan jamur tiram sangat mudah didapatkan di lingkungan sekitar, seperti jagung, serbuk gergaji, bekatul, dan mild. Hal tersebut membuat Miftah mampu memproduksi 14.300 baglog, jumlah yang tidak sedikit dalam budidaya jamur tiram.

"Jika banyak pesanan dari mitra dalam satu bulan mampu memproduksi dan mengeluarkan 14.300 baglog. Kalau dihitung dalam masa panen nanti akan menghasilkan 4,9 ton jamur tiram panen," jelas Miftah.

Usaha kemitraan jamur tiram mili farm memiliki banyak permintaan dari kemitraan. Kendala yang dihadapi lokasi dan tempat produksi masih kurang luas, dibandingkan dengan permintaan mitra. Malah tidak menjadi halangan Miftah dalam kemitraan jamur tiram ini.

"Kalau harga jamur tiram ini sangat komulatif sesuai harga pasar dan lokasi, pengalaman harga turun naik lebih saya anggap dalam kategori pasar yang stabil, soalnya naiknya harga petani masih diuntungkan dan turunnya harga petani juga untung" ungkap miftah.

Populasi pasar jamur tiram yang ada di Kecamatan Trenggalek per hari mampu menyerap 60-70 Kg. Jumlah tersebut dinilai masih sangat kurang. Hal ini dipicu oleh sebaran petani kemitraan jamur tiram masih minim. Selama lima tahun berjalan, pasar baglog jamur tiram Miftah mampu tembus kabupaten sekitar seperti, Blitar, Kediri, Pacitan, Tulungagung dan Ponorogo.

"Petani mitra mili farm, selain menjual jamur tiram segar juga banyak yang membuat inovasi makanan, seperti nuget, sate jamur, kripik jamur. Hal ini nanti menjadi peluang lebih luas untuk pasar jamur tiram mitra mili farm," imbuhnya.

Sebagai pembudi daya jamur tiram, Miftah memiliki harapan yang tidak sempit, salah satunya pengentasan persoalan ekonomi di tengah pandemi corona virus disaese (Covid-19). Alasannya, pandemi yang sudah mewabah dimana-mana ini tidak begitu berefek terhadap usaha kemitraanya jamur tiram mili farm.

Salah satu contoh calon mitra barunya saat ditemui di rumah produksi Miftah, yaitu Farid Bahtiar, warga masyarakat Surodakan yang malah akan menggeluti kemitraan jamur tiram itu. Alasan Farid terjun ke jamur tiram selain belajar bisnis juga memperbaiki ekonomi yang sempat diterjang pandemi Covid-19.

"Awalnya punya keinginan belajar, ya sambil belajar paling tidak saya perlahan-lahan memperbaiki ekonomi yang sempat lesu di terjang pandemi. Memilih mitra mili farm ini sangat efektif sekali karena sudah lima tahun berjalan dan juga kemitraan ini akan dibimbing dari mulai awal hingga dibukakan pasar penjualnya," pungkas Farid.