Sabtu malam, 26 Oktober 2024, ada gemuruh demokrasi yang datang dari bibir Pantai Prigi, Watulimo. Angin laut membawa serta kidung merdu yang tak biasa, bukan dari karang atau ombak, melainkan dari panggung sederhana di pinggir pantai. "Kidung Demokrasi" menjadi tema acara sosialisasi pendidikan pemilih yang digelar PPK Watulimo malam itu. Sebuah langkah kreatif untuk mendekatkan warga pada Pilkada Serentak 2024.
Dalam tradisi Jawa, kidung adalah nyanyian penuh makna, bertabur nilai, dan sering digunakan untuk menyampaikan petuah. Ketika kidung ini disandingkan dengan demokrasi, maka lahirlah sebuah metafora tentang harmoni: suara rakyat yang berbeda-beda, namun harus berpadu menjadi melodi yang membangun masa depan bersama.
Daftar Isi [Show]
Seni Bertaut dengan Demokrasi
Acara yang dimulai sekitar pukul 19.00 itu dibuka oleh Ahmad Nur Kholiq, Ketua PPK Watulimo. Dengan sapaan ramah khas tuan rumah, ia menekankan pentingnya menggunakan hak pilih pada 27 November 2024 nanti. Namun, malam itu bukan sekadar soal ceramah. Ada irama musik, tari-tarian yang menawan, dan suasana santai nan akrab yang menjadi bumbu utama.
Griya Tari Double Ant yang merupakan sanggar tari kenamaan di Watulimo, tak mau ketinggalan ikut andil dalam giat tersebut, mereka menampilkan tarian anak-anak yang meliuk-liuk dengan luwes, memukau penonton di bawah lampu temaram pantai.
Sesekali, gelak tawa dan tepuk tangan menggema ketika beberapa anggota PPS dan pengunjung naik ke panggung menyumbangkan suara. Apalagi, elektone yang mengiringi malam itu begitu rancak, seakan ingin membuat ombak pun bergoyang.
Dan siapa yang bisa lupa dengan adik Hapsari? Juara 1 lomba menyanyi tingkat Kabupaten Trenggalek ini memecah suasana dengan suara emasnya membawakan "Mimpi" karya Anggun C. Sasmi. Melodi itu melayang di antara suara debur ombak, seolah menyerukan semangat untuk memilih dengan hati nurani.
Ngopi, Ikan Bakar, dan Doorprize
Bukan Watulimo namanya kalau tak menawarkan keramahan ala pesisir. Di Kantin PPN Pantai Prigi, tempat acara digelar, PPK Watulimo menyajikan ratusan ikan bakar gratis untuk para pengunjung. Bau sedapnya menggoda siapa saja yang hadir malam itu. Ngopi bareng di tepi pantai sambil mendengarkan musik dan mencicipi ikan bakar? Sulit untuk tidak jatuh hati.
Tak hanya itu, puluhan doorprize pun dibagikan kepada pengunjung yang beruntung. Dari peralatan rumah tangga hingga hadiah kejutan lainnya, semuanya membuat suasana semakin semarak. “Kita datang bukan cuma dapat ilmu, tapi juga berkah,” canda salah satu warga yang mendapatkan kado berbentuk kotak. Dari penampakan fisiknya terlihat entah seperti tablet atau semacam jam dinding.
Pesan di Tengah Hiburan
Meski malam itu penuh hiburan, inti acara tetap soal ajakan untuk tidak golput. Hardianto, S.Sos, Sekretaris Camat Watulimo yang hadir menggantikan Camat, menyampaikan pesan lugas kepada masyarakat. “Gunakan hak pilih sesuai hati nurani. Suara Anda menentukan masa depan kita semua,” tegasnya.
Duet MC kondang, Jhon Supri dan Resty Nilamsari—yang juga Divisi Sosialisasi dan Pendidikan Pemilih PPK Watulimo—membuat suasana malam di pinggir pantai semakin hidup dan penuh tawa. Dengan gaya santai yang jadi andalan, mereka tak henti-hentinya mengingatkan, "Rabu, 27 November 2024, jangan lupa datang ke TPS, ya. Pilih dengan bijak, pakai hati nurani!" Pesan penting yang mereka sampaikan terasa ringan tapi tetap mengena.
Ahmad Nur Kholiq menambahkan, acara ini tak sekadar sosialisasi, melainkan ruang untuk mendekatkan masyarakat pada proses demokrasi. “Kita ingin demokrasi ini lebih hidup, lebih dirasakan semua orang. Pendidikan pemilih harus dikemas menarik agar pesannya sampai.”
Antusiasme yang Tak Terbendung
Empat jam berlalu tanpa terasa. Moment malem mingguan menjadikan pengunjung yang datang tak hanya dari sekitar Watulimo saja, tetapi juga dari daerah lain di luar Watulimo. Mereka tak sekadar menikmati hiburan, tetapi juga menyerap pengetahuan tentang Pilkada. "Jarang-jarang ada acara kayak gini di pinggir pantai. Adem suasananya, tambah pinter pula," ujar Hari seorang pengunjung sambil menyantap ikan bakar.
Di akhir acara, irama musik kembali terdengar, menemani malam yang semakin larut. Kidung Demokrasi benar-benar menggema, menyentuh hati dan menyulut semangat untuk tidak melewatkan Pilkada mendatang. Di Pantai Prigi, demokrasi tidak lagi terasa sebagai tugas yang berat, tetapi menjadi sebuah pesta rakyat yang membumi.
Sebuah pesan pun tersampaikan: pesta demokrasi sejatinya adalah pesta kita bersama. Dan dengan rima yang mengalun dari Prigi, harapan itu melayang jauh—menyentuh setiap hati warga Watulimo.