Di era digital saat ini, anak-anak dihadapkan pada berbagai pilihan hiburan, di mana menonton televisi atau video melalui gadget sering kali lebih menarik dibandingkan membaca buku.
Namun, penelitian menunjukkan bahwa kegiatan membaca memiliki dampak yang lebih signifikan dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis anak.
Artikel ini merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Shofia Hattarina, Hendra Pratama, dan Linda Kurnia Supraptiningsih, yang dipublikasikan dalam Jurnal IKA, yang menekankan bahwa membaca lebih unggul daripada menonton dalam melatih keterampilan berpikir kritis anak (Hattarina et al., 2020).
Daftar Isi [Show]
Kegiatan Membaca dan Keterampilan Kognitif
Membaca adalah proses aktif yang melibatkan berbagai keterampilan kognitif, seperti memahami, menganalisis, dan menyimpulkan informasi.
Ketika anak membaca, mereka tidak hanya menerima informasi, tetapi juga terlibat dalam proses berpikir yang kompleks. Hal ini berbeda dengan menonton, yang cenderung bersifat pasif.
Anak-anak yang hanya menonton tidak terlibat secara aktif dalam proses kognitif, sehingga kemampuan berpikir kritis mereka tidak terasah dengan baik (Hattarina et al., 2020).
Penelitian menunjukkan bahwa anak yang terbiasa membaca memiliki kemampuan untuk menyusun informasi dengan lebih rapi dan sistematis. Mereka lebih mampu menganalisis dan menyimpulkan informasi, yang merupakan aspek penting dari berpikir kritis.
Sebaliknya, anak yang lebih banyak menonton cenderung mengalami kesulitan dalam memahami pesan yang disampaikan melalui bacaan (Hattarina et al., 2020).
Dampak Membaca terhadap Imajinasi dan Kreativitas
Kegiatan membaca juga merangsang imajinasi anak. Ketika membaca, anak-anak diharuskan untuk membayangkan dan menginterpretasikan cerita, yang membantu mereka mengembangkan kreativitas.
Dalam konteks ini, anak yang terbiasa membaca akan lebih mampu menyusun informasi dengan rapi dan sistematis, yang berpengaruh positif terhadap kemampuan berbicara dan menulis mereka di masa depan.
Sebaliknya, menonton cenderung mengurangi kemampuan imajinasi anak. Ketika menonton, semua elemen cerita sudah tergambar dalam layar, sehingga anak tidak perlu membayangkan atau menginterpretasikan informasi. Hal ini dapat menghambat perkembangan kreativitas dan imajinasi mereka.
Terdapat hubungan erat antara kemampuan membaca dan menulis. Anak yang gemar membaca cenderung memiliki kemampuan menulis yang lebih baik dibandingkan dengan anak yang lebih banyak menonton.
Penelitian menunjukkan bahwa kemampuan membaca sastra dapat mempengaruhi kemampuan menulis narasi, yang menunjukkan pentingnya membaca dalam pengembangan keterampilan berbahasa.
Ketika anak membaca, mereka belajar tentang struktur kalimat, kosakata, dan gaya penulisan yang berbeda. Semua ini berkontribusi pada kemampuan mereka untuk mengekspresikan ide dan pikiran mereka secara tertulis.
Sebaliknya, anak yang lebih banyak menonton mungkin tidak mendapatkan paparan yang sama terhadap berbagai gaya penulisan dan struktur kalimat, yang dapat menghambat kemampuan menulis mereka.
Pentingnya Budaya Literasi
Budaya literasi yang kuat di kalangan anak-anak sangat penting untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Penelitian PISA menunjukkan bahwa tingkat literasi anak-anak di Indonesia masih rendah, yang menunjukkan perlunya peningkatan budaya membaca.
Dengan meningkatkan budaya literasi, anak-anak akan lebih siap menghadapi tantangan di masa depan dan mampu bersaing di tingkat global.
Membaca tidak hanya membantu anak dalam memahami informasi, tetapi juga merangsang imajinasi, kreativitas, dan kemampuan berbahasa mereka.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pendidik untuk mendorong anak-anak agar lebih banyak membaca, sehingga mereka dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis yang diperlukan untuk menghadapi tantangan di masa depan.
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa kegiatan membaca memiliki banyak manfaat dibandingkan menonton dalam konteks pengembangan keterampilan berpikir kritis anak.
Membaca tidak hanya membantu anak dalam memahami informasi, tetapi juga merangsang imajinasi, kreativitas, dan kemampuan berbahasa mereka.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pendidik untuk mendorong anak-anak agar lebih banyak membaca, sehingga mereka dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis yang diperlukan untuk menghadapi tantangan di masa depan.
Rekomendasi
Mendorong Kebiasaan Membaca
Orang tua dan pendidik harus menciptakan lingkungan yang mendukung kebiasaan membaca, seperti menyediakan buku yang menarik dan mengadakan kegiatan membaca bersama.
Mengurangi Waktu Menonton
Batasi waktu anak untuk menonton televisi atau menggunakan gadget, dan alihkan perhatian mereka ke kegiatan membaca yang lebih bermanfaat.
Pendidikan Literasi
Sekolah harus mengintegrasikan program literasi yang kuat dalam kurikulum untuk meningkatkan minat baca siswa.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan anak-anak dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis yang akan bermanfaat bagi mereka di masa depan.
Referensi
Hattarina, S., Pratama, H., & Supraptiningsih, L. K. (2020). Kegiatan Membaca Lebih Unggul daripada Menonton dalam Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Anak. Jurnal IKA, 8(2), 1-10.
Kabar Trenggalek - Edukasi
Editor:Tri