KBRT – Jika beberapa tahun lalu istilah job hopping menjadi tren di kalangan profesional muda, kini muncul fenomena baru yang justru berkebalikan: job hugging. Istilah ini ramai diperbincangkan di media sosial, khususnya di kalangan pekerja muda Indonesia.
Job hugging menggambarkan kondisi ketika seseorang memilih bertahan di tempat kerja meski sudah merasa tidak nyaman atau mendapat tawaran baru yang lebih menarik.
Fenomena ini berbeda dengan job hopping yang menekankan strategi karier melalui perpindahan kerja, karena job hugging lebih berfokus pada stabilitas, keamanan, dan keberlanjutan.
Banyak faktor yang mendorong munculnya job hugging. Kondisi ekonomi global yang tidak menentu, ancaman PHK massal, hingga dinamika kerja yang semakin kompleks membuat sebagian pekerja muda memilih bertahan di lingkungan yang sudah mereka kenal. Dengan cara ini, mereka merasa lebih aman dan tidak perlu mengulang proses adaptasi di tempat baru.
Namun, keputusan ini tidak sepenuhnya tanpa risiko. Job hugging bisa menjadi langkah bijak jika pekerjaan yang digeluti masih memberikan tantangan dan ruang berkembang. Sebaliknya, jika bertahan hanya karena takut perubahan, hal itu berisiko membuat karier stagnan, motivasi menurun, dan kompetensi tertinggal.
Fenomena ini sekaligus menunjukkan perubahan cara pandang generasi muda terhadap karier. Dulu, berpindah kerja dianggap ambisius, sementara kini bertahan dianggap sebagai bentuk kesadaran dan mindfulness.
Bagi banyak pekerja muda, karier tidak lagi sekadar soal jabatan atau seberapa cepat naik gaji, melainkan juga soal keseimbangan hidup, kesehatan mental, dan keberlanjutan dalam jangka panjang.
Kabar Trenggalek - Gaya Hidup
Editor:Lek Zuhri