Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Intip Anak Berkebutuhan Khusus Trenggalek, Baca Al Quran Braille Isi Bulan Suci

Lantunan ayat kitab suci Al Quran berkumandang di sudut Sekolah Luar Biasa (SLB) Kemala Bhayangkari I Trenggalek. Suara merdu itu datang dari bibir Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) saat mengikuti kegiatan Pondok Ramadan.Membaca kitab Al Quran Braille, ABK terlihat antusias dalam mengisi ibadah di Bulan Suci Ramadan. Meski memiliki kekurangan penglihatan, ABK itu tak menyerah untuk melakukan ibadah.Mengeja ayat demi ayat melalui tangan saat mengaji Al Quran Braille, sesekali ABK terhenti karena ada kesalahan pelafalan. Yesi Kurniawati, Kepala Sekolah SLB Kemala Bhayangkari I Trenggalek, bercerita saat ditemui Kabar Trenggalek.Kata Yesi, dalam membaca Al Quran Braille itu sesuai dengan kemampuan ABK. Karena, tidak semua memiliki kemampuan membaca Al Quran Braille dengan benar, sesekali guru pendamping harus sabar untuk membantu belajar ABK.“Selain baca Alquran Braille, kami juga ada kegiatan lain seperti materi, salawat, dan sebagainya. Semua ditentukan dengan tingkat ketunaan anak-anak,” terang Yesi.[caption id="attachment_32993" align=aligncenter width=1280] Al Quran Braille yang dibaca anak berkebutuhan khusus Trenggalek/Foto: Raden Zamz (Kabar Trenggalek)[/caption]Pondok Ramadan tersebut dilakukan selama tiga hari dan berakhir pada (Jumat, 14/04/2023). Agar tidak mengganggu jalannya aktivitas, peserta yang memiliki ketunaan berbeda dipisah. Seperti autis berat dilaksanakan di Musala dengan pengenalan agama, mulai dari cara wudhu, shalat, dan sebagainya.“Karena itu membaca Alquran Braille ini kami pisah agar suara bising dari peserta lainnya tidak mengganggu,” jelas Yesi.Yesi menerangkan, membaca Al Quran Braille sebenarnya diajarkan bukan hanya dalam momentum Bulan Ramadhan saja, tapi juga di hari biasa yaitu satu pekan satu kali oleh guru kelas dalam pelajaran agama."[Belajar Al Quran Braille] tetap kami mulai dari huruf hijaiyah. Proses untuk mereka bisa ke 1 juz 2 itu lama jadi sementara ya mereka biasanya membaca yang surat-surat pendek dulu," ucap Yessi.Nanang Widodo, salah satu siswa, mengaku sudah tiga tahun ini belajar. Tapi, dia bilang belum lancar betul saat melafalkan tajwid.[caption id="attachment_32992" align=aligncenter width=1280] Anak perempuan berkebutuhan khusus Trenggalek baca Al Quran Braille/Foto: Raden Zamz (Kabar Trenggalek)[/caption]"Proses membaca sendiri praktis lebih sulit dari membaca buku braille pada umumnya. Hal itu terkait rabaan tangan harus cepat agar nafas tidak putus di tengah ketika membaca," terang Nanang.Nanang mengakui, beberapa kali membaca harus terhenti karena kurang cepatnya rabaan. Apalagi untuk mengetahui harakat serta tajwid guna menentukan bunyi bacaan.“Karena itu, sudah tiga tahun belajar, saya masih kesulitan untuk menentukan panjang dan pendek bacaan. Semoga tahun depan bisa lancar,” harap Nanang.Saat ini, Nanang dan teman-temannya masih dalam tahapan belajar membaca Alquran Braille. Mereka berharap, sedikit demi sedikit akan lancar dalam membaca sehingga dapat memperdalam ilmu agama."Dengan terus berlatih pastinya akan bisa. Seperti saya yang sudah agak hafal juz amma [juz 30],” ujar Nanang.