Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Hari Pendidikan Nasional 2024, Mahasiswa Trenggalek Soroti Persoalan Guru hingga Kurikulum

Pada Hari Pendidikan Nasional 2024, mahasiswa Trenggalek soroti berbagai persoalan pendidikan. Mulai dari akses fasilitas pendidikan, guru kompeten, hingga kurikulum yang berubah-ubah, Kamis (02/04/2024).Hal itu disampaikan Beni Kusuma Wardani, mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, STKIP Trenggalek. Ia melihat akses terhadap fasilitas pendidikan yang belum merata. Seperti buku bacaan untuk anak-anak masih belum beragam."Kebayakan buku yang ada di pelosok-pelosok itu buku ajar yang bisa dibilang membosankan. Yang tak kalah pentingnya adalah fasilitas ruang kelas layak dan guru yang kompeten. Di pelosok untuk dua hal itu cukup langka," ujar Beni kepada Kabar Trenggalek.Beni menceritakan, temannya pernah ikut program Kampus Mengajar di salah satu SMP swasta. Akan tetapi, gurunya enggan mengajar. Saat mengajar hanya formalitas."Dan yang tambah tidak mengenakkan, ruang kelasnya kurang layak. Masih berlantai tanah dan sekat-sekat antar kelas cukup tipis, sehingga saat di waktu mengajar suaranya riuh," ucap Beni.Persoalan pendidikan di Trenggalek yang kedua yaitu guru kompeten yang menguasai keterampilan mengajar dan mampu mempraktekkannya dengan baik. Menurut Beni, ada dilema bagi guru saat ini. Dilema itu antara mengabdi dan mencari sumber penghidupan. Mereka dilema atas dua hal itu, mau totalitas mengabdi tidak ada pemasukan yang cukup."Tapi, jika hanya mencari sumber penghidupan ada tanggung jawab moral untuk mencerdaskan kehidupan bangsa," kata Beni.Persoalan ketiga yaitu kurikulum yang berubah-ubah. Beni menilai, hampir kebanyakan masyarakat sudah mafhum jika kurikulum di Indonesia rutin berganti. Membuat progam pemerintah dan di sekolah kurang sinkron."Terkadang hal ini pula yang membuat guru kebingungan, mereka mendapatkan tugas mengajar dan di satu sisi mereka di bebani administrasi oleh negara. Otomatis, kurikulum baru beban administrasi guru berubah dan bisa bertambah, sehingga perlu penyesuaian lagi," jelasnya.Dalam mengatasi persoalan itu, Beni menyebutkan beberapa mahasiswa Trenggalek mengikuti progam Kampus Mengajar. Mereka mengabdikan diri untuk mengajar di sekolah dan mencoba membuat inovasi baru agar peserta didik betah sekolah."Fasilitas sekolah yang seadanya bisa digunakan secara maksimal. Untuk mengabdinya ada yang lewat progam pemerintah seperti Kampus Mengajar dan ada yang memang menjadi guru honorer," ujarnya.Dalam Hari Pendidikan Nasional 2024, Beni berharap negara tidak menjadikan Ki Hajar Dewantara sebagai ikon pendidikan saja, tanpa menggali nilai-nilai pendidikan yang telah diajarkan.Sebab, menurut Beni, Ki Hajar Dewantara mengajarkan tentang pendekatan pendidikan humanistik, pendidikan seyogyanya harus membantu manusia mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan seperti kejujuran, kasih sayang, kerja sama, dan solidaritas."Nilai ini jika diterapkan bisa membantu mengatasi permasalahan pendidikan sekarang. Semisal dengan semangat solidaritas kita bisa membantu sekolah-sekolah yang kurang fasilitas, dengan semangat kejujuran negara bisa membuat kebijakan pendidikan yang benar-benar menguntungkan rakyat," tandasnya.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai dengan *