KBRT — Ketua KOPRI PMII Cabang Trenggalek, Faridatul Afidah, menegaskan pentingnya menciptakan ruang aman bagi perempuan di dunia pendidikan dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).
Ia menyatakan bahwa selain pemerataan akses, aspek keamanan dan kenyamanan psikologis merupakan bagian dari hak pendidikan yang sering terabaikan.
"Banyak perempuan yang merasa tidak aman di lingkungan pendidikan, baik karena kekerasan verbal, pelecehan seksual, hingga tekanan budaya yang merendahkan partisipasi mereka. Ini harus menjadi perhatian serius," ujar Farida.
Berdasarkan pengalaman KOPRI dalam melakukan advokasi, banyak kasus kekerasan seksual dan diskriminasi terhadap pelajar maupun mahasiswa perempuan tidak terungkap akibat ketakutan, stigma, dan minimnya sistem pendukung di sekolah maupun kampus.
Farida mendorong adanya kebijakan perlindungan yang konkret, seperti pembentukan Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (Satgas PPKS) di institusi pendidikan secara merata.
Kemudian, penerapan pendidikan gender sejak dini, serta pelatihan guru dan dosen untuk membangun lingkungan belajar yang bebas dari kekerasan dan diskriminasi.
Ia juga mengapresiasi program Pos Curhat yang ada di desa-desa se-Kabupaten Trenggalek sebagai bagian dari upaya menciptakan ruang aman bagi perempuan dan anak.
"Langkah itu harus diperluas ke lembaga pendidikan. Sekolah dan kampus harus punya SOP yang jelas untuk menangani aduan kekerasan, serta membentuk unit layanan berbasis gender."
Farida berharap, dengan semangat Hardiknas 2025, dunia pendidikan tidak hanya menjadi tempat mentransfer ilmu, tetapi juga menjadi ruang aman, merdeka, dan membebaskan bagi semua, terutama perempuan yang kerap menjadi kelompok rentan terhadap kekerasan.
Kabar Trenggalek - Pendidikan
Editor:Lek Zuhri