KBRT – Harga bumbu dapur di Pasar Tradisional Trenggalek kembali merangkak naik. Komoditas yang paling mencolok adalah cabai rawit, yang kini mencapai Rp 88.000 per kilogram.
Siti Fatimah, pedagang bumbu dapur di Pasar Basah Trenggalek, mengatakan bahwa harga cabai rawit masih berada di angka Rp 60.000 sekitar satu minggu lalu. Lonjakan signifikan baru terjadi dalam tiga hari terakhir.
“Kemarin (05/12/2025) sudah 88 ribu, dari awal itu mulai 60, lalu 68 ribu, terus setiap hari naik, sehari bisa langsung naik 12 ribu,” ujarnya.
Kenaikan harga membuat penjualan cabai kering di lapaknya ikut meningkat. Meski harga cabai kering berada di kisaran Rp 75.000–Rp 80.000 per kilogram, pembeli menganggapnya lebih hemat karena jumlah isinya lebih banyak.
“Isinya lebih banyak cabai kering, 1 kilo hampir sama dengan cabai rawit 2 kilo. Sekarang bawa 5 kilo kadang buat 2 atau tiga hari, kalau cabai murah ya tak sampai segitu,” katanya.
Tidak hanya cabai rawit, harga bawang merah juga ikut naik menjadi Rp 45.000–Rp 50.000 per kilogram, tergantung kualitas. Sebelumnya, harga bawang merah berada di kisaran Rp 38.000.
“Cabai biasanya bawa 50 kilo kalau harga mahal tidak sampai 40 kilo habisnya. Karena pedagang-pedagang makanan belinya cabai rawit tambah sedikit,” lanjut Siti.
Suliyah, pedagang lain di Pasar Basah, merasakan dampak serupa. Kenaikan harga cabai membuat omzet dagangannya menurun karena pembeli mengurangi jumlah pembelian.
“Kalau harga normal 5 kilo maksimal habis sehari, sekarang 2 kilo atau 1,5 kilo cabai rawit kadang tidak sampai,” ucapnya.
Ia menambahkan, cabai kering menjadi pilihan alternatif yang kini lebih banyak dicari pembeli. Kenaikan harga cabai rawit diyakini terjadi karena pasokan menurun dan petani lokal mengalami gagal panen akibat serangan hama.
“Cabai kering, tidak tentu kadang 5 kilo buat 2 atau 3 hari, pernah juga diborong sehari habis. Kalau cabai biasa murah cabai kering malah bisa tidak laku,” katanya.
Dampak kenaikan harga juga dirasakan langsung oleh pembeli. Mereka terpaksa menyesuaikan kebutuhan agar pengeluaran tidak membengkak.
Seperti yang disampaikan Sugiarti (56), warga Desa Ngadirenggo, Kecamatan Pogalan, yang mengurangi pembelian cabai rawit saat berbelanja di pasar.
“Biasanya saya beli 1 ons, hari ini setengah saja. Saya biasanya beli 2 hari sekali, sekalian pulang dagang dari sini,” kata dia.
Kabar Trenggalek - Ekonomi
Editor: Zamz















