Mencintai Negara yang memiliki ideologi kebhinekaan harus terus tumbuh bagi kawula muda. Hal itu seperti yang dilakukan Miftah Maulana Habiburrahman atau biasa disapa Gus Miftah.
Gus Miftah kala berkunjung di Kota Alen-Alen Trenggalek dalam orasi kebangsaan menerangkan bahwa memberi wawasan kebangsaan untuk pelajar adalah bentuk ikhtiar dakwahnya untuk mempertahankan ideologi pancasila.
Ulama muda yang terkenal ceramah di dunia malam itu juga menuturkan generasi sekarang harus memahami bagaimana memiliki wawasan kebangsaan dengan baik dan benar.
"Bagaimana mencintai negara, bagaimana mempertahankan toleransi, jadi salah satu ciri ciri orang radikal itu tidak menerima perbedaan, padahal perbedaan itu adalah sunnatullah," terangnya saat dikonfirmasi Kabar Trenggalek.
Gus Miftah mengatakan, bahwa ideologi pancasila adalah cara ampuh untuk menerima perbedaan. Hal itu dilandasi Negara Indonesia memiliki suku dan ras dan agama yang berbeda tentu landasan toleransi harus tumbuh.
Dirinya mencontohkan liga arab itu ada 22 negara, mereka dipersatukan dengan bahasa yang sama, namun tidak bisa berdiri dalam satu negara, justru terpecah menjadi 22 negara.
"Sementara indonesia 726 bahasa, 1200 suku lebih tetapi bisa berdiri satu negara Indonesia, kenapa? karena kita disatukan ideologi yang sama yaitu pancasila dan pancasila mengajarkan toleransi," tegas Gus Miftah.
Sementara itu, dirinya menambahkan bagaimana generasi pemuda agar tidak terjebak pada dunia radikalisme. Salah satunya jangan salah dalam memilih guru yang disinyalir saat ini sedang terjadi.
"Ikutlah pendapat ahli jangan ikut ikutan orang yang ahli berpendapat. Karena di era medsos ini semuanya bisa berpendapat, bahkan mereka yang tidak memiliki keahlian. Kemudian yang kedua orang salah pergaulan lebih gampang dinasehati daripada orang yang salah pengajian," tandasnya.