KBRT - Dukungan terhadap aksi ratusan siswa SMAN 1 Kampak, Kabupaten Trenggalek, terus mengalir. Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Trenggalek menegaskan komitmennya untuk mendampingi para pelajar yang menyuarakan dugaan pungutan liar (pungli) dan penahanan Kartu Indonesia Pintar (KIP).
Ketua GMNI Komisariat STKIP Trenggalek, Rian Pirmansah, menilai keberanian siswa Kampak mencerminkan kesadaran kritis yang patut diapresiasi. Namun, ia mengingatkan adanya potensi intimidasi terhadap para pelajar pascaaksi.
“Kami sangat mengapresiasi sikap siswa-siswi SMAN 1 Kampak. Tapi kalau ada intimidasi, GMNI akan mengecam keras. Kami siap mendampingi, bahkan menyiapkan posko pengaduan,” tegas Rian.
Rian menjelaskan, GMNI Trenggalek membuka kanal pengaduan melalui media sosial maupun sekretariat organisasi. Mekanisme itu disiapkan agar siswa yang mengalami tekanan bisa segera mendapatkan pendampingan.
“Kalau ada siswa yang merasa ditekan atau diperlakukan tidak adil setelah aksi, silakan lapor. Kami akan dampingi. Undang-undang melindungi suara masyarakat, jadi jangan takut bersuara,” lanjutnya.
GMNI menegaskan, setiap bentuk tekanan terhadap siswa yang menuntut transparansi pengelolaan dana pendidikan tidak boleh dibiarkan. Kasus SMAN 1 Kampak harus menjadi evaluasi bagi sekolah lain agar menjaga akuntabilitas, terutama terkait dana bantuan pemerintah maupun sumbangan komite.
Selain itu, GMNI juga mendorong pelajar di sekolah lain yang mengalami masalah serupa untuk tidak takut bersuara. Mereka membuka ruang diskusi maupun advokasi bagi siswa yang merasa terintimidasi.
“Kalau ada siswa lain yang mengalami hal serupa, silakan hubungi GMNI. Kita bisa diskusikan atau langsung menyuarakan masalahnya. Justru itu sangat kami apresiasi,” tambah Rian.
Kasus dugaan pungli di SMAN 1 Kampak kini menyita perhatian publik. GMNI menegaskan dunia pendidikan harus terbebas dari pungutan liar maupun praktik intimidasi yang membungkam suara kritis siswa.
Kabar Trenggalek - Mata Rakyat
Editor:Lek Zuhri