KBRT – Suharyadi (70), sopir trayek Durenan–Trenggalek, harus meninggalkan pekerjaannya sebagai pengemudi angkutan umum setelah pendapatan dari trayek tersebut tidak lagi bisa diandalkan. Kini, pria yang akrab disapa Adi itu beralih menjadi pedagang lele di pasar basah demi menyambung hidup.
Selama lebih dari 25 tahun, Adi menggantungkan hidup dari mengemudikan angkutan lintas Trenggalek–Tulungagung. Namun, sejak lima tahun terakhir, jumlah penumpang merosot drastis hingga membuatnya tidak mendapat penghasilan.
“Angkutan umum sekarang ya seperti hidup segan mati tak mau, kami mesti tetap kerja agar bisa makan tapi sekarang sudah tidak bisa jalan karena sepi,” ujarnya saat membersihkan mobilnya dari sisa air lele di Terminal MPU Sumbergedong.
Adi mengenang, pada tahun 2000 ada puluhan unit angkutan trayek Durenan–Trenggalek yang beroperasi. Kini, jumlahnya hanya tersisa tujuh unit. Sepinya penumpang membuat penghasilannya turun drastis, dari awalnya bisa mengantongi keuntungan bersih Rp100 ribu per hari menjadi tidak mendapat sepeser pun.
“Bukannya saya malas narik, tapi memang tidak ada penumpang sama sekali,” tegasnya.
Melihat kondisi itu, Adi akhirnya beralih profesi menjadi pedagang lele. Ikan-ikan tersebut ia dapatkan dari peternak di sekitar desanya. Selain itu, ia juga menjual sayuran dari petani setempat.
“Ya menyesuaikan permintaan dari sini, kalau ada yang butuh sayur atau lele banyak saya carikan dari sekitar lingkungan saya,” imbuhnya.
Dengan mobil angkutannya, Adi bisa membawa hingga satu kuintal lele ke pasar ketika permintaan tinggi. Menurutnya, berdagang lebih menjanjikan dibanding tetap mengangkut penumpang dari Durenan ke Trenggalek dengan tarif Rp15.000 per orang.
“Kalau tetap narik, sehari dapat 1 atau 2 orang itu saja sudah beruntung. Padahal belum bisa menutup modal bahan bakarnya,” paparnya.
Adi juga menceritakan perjuangannya membeli mobil baru pada 2017 seharga Rp125 juta untuk menggantikan kendaraan lamanya yang sudah tua. Dana tersebut ia dapat dari menjual motor serta meminjam uang dari bank.
“Kalau dipake narik pelanggan, tidak mungkin bisa balik modal 10 tahun pun. Makanya saya memutar otak biar tetap bisa dapat penghasilan,” tandasnya.
Kabar Trenggalek - Ekonomi
Editor:Zamz