Pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin dan Syah Muhammad Syah Nata Negara, mengungkapkan langkah strategis untuk mengatasi kelangkaan pupuk dan krisis air bersih yang melanda Kabupaten Trenggalek, terutama di daerah agropolitan yang kaya dengan komoditas pertanian unggulan seperti Kecamatan Watulimo, Pule, dan Bendungan.
Arifin menegaskan bahwa salah satu solusi untuk mengatasi krisis air bersih adalah dengan mengedepankan pertanian yang hemat air. Ia menekankan pentingnya pendekatan yang tidak merusak lingkungan, seperti menghindari pembukaan lahan baru atau penggundulan hutan.
"Jadi, tidak lagi pembukaan lahan, tidak lagi ada penggundulan hutan untuk kemudian menambah luasan tanam, tetapi bagaimana yang dulu cuma bisa panen sekali, kita bikin jadi dua kali, bisa kita bikin jadi tiga kali," ujar Arifin.
Untuk meningkatkan hasil pertanian, Arifin juga berbicara tentang penerapan teknologi pertanian seperti penggunaan Hazton yang memungkinkan petani untuk panen lebih cepat, bahkan hingga empat kali dalam setahun.
"Hazton itu kita tanam padi yang sudah benihnya agak besar, itu bisa 2 sampai 2,5 bulan, bisa panen, sehingga bisa panen empat kali," ungkapnya.
Dalam hal ketahanan pangan, Arifin mengungkapkan kunjungannya ke Kecamatan Dongko, di mana petani berhasil melakukan persilangan antara ubi Papua dan ubi Cilembu, yang mampu dipanen hanya dalam waktu dua setengah bulan. Hal ini menguntungkan petani karena harga jual ubi tersebut mencapai Rp8.000 per kilogram, jauh lebih tinggi dibandingkan harga umbi rambat biasa yang hanya Rp2.000 per kilogram.
"Saya ketemu dengan Pak Heri, ketemu dengan Pak Suroso di Dusun Kasihan Dongko. Mereka berhasil melakukan persilangan ubi Papua dengan ubi Cilembu yang bisa dipanen dua setengah bulan," tambahnya.
Terkait dengan kelangkaan pupuk, Arifin mengungkapkan adanya upaya untuk mengurangi ketergantungan pada pupuk bersubsidi dengan mendorong petani untuk membuat pupuk organik sendiri, termasuk pestisida nabati.
"Alhamdulillah sekarang Trenggalek sudah mulai ada kesadaran terhadap penggunaan pupuk yang kita buat sendiri secara organik, termasuk pestisida nabatinya." Ungkapnya.
Arifin juga menyoroti program rutin setiap minggu di mana timnya keliling ke desa-desa untuk mengajarkan petani cara membuat pupuk organik, dengan harapan ini dapat mengurangi beban petani yang selama ini sangat bergantung pada pupuk bersubsidi.
"Kita setiap minggu, ya Mas Syah, kita keliling-keliling ngajarin mereka bikin pupuk sekarang sudah ada yang satu yang mau didaftarkan untuk bisa dapat izin edar, jadi semoga itu nanti bisa mengurangi beban karena kita tidak tergantung dengan pupuk bersubsidi lagi ya terima kasih" pungkasnya.