KBRT - Cuaca yang tidak menentu di Trenggalek berdampak buruk bagi para pedagang buah. Buah-buahan menjadi cepat rusak atau busuk jika terkena air dan disimpan di tempat yang lembap.
Hal ini disampaikan Zainal Fanani (56), pedagang buah asal Dusun Tanggung, Desa Kedunglurah, Trenggalek.
Zainal mengakui akhir-akhir ini dagangannya cukup rentan rusak dan busuk akibat cuaca yang sering berubah-ubah. Belum lagi omzet jualannya yang terus menurun dari tahun ke tahun.
"Cuaca yang gonta-ganti sekarang bisa menyebabkan kerusakan pada buah jika tidak dirawat dengan hati-hati. Seperti pepaya di depan ada yang rusak dan busuk hingga tidak laku," ujarnya.
Zainal telah berjualan buah sejak delapan tahun lalu. Ia membuka kios di sebelah selatan Taman Desa Kedunglurah, sekitar 150 meter.
Selain menjajakan buah di kiosnya, ia juga menjual dagangan di Pasar Kedunglurah pada pagi hari, lalu kembali ke kios pukul 10.00 WIB.
"Sekarang itu jualan saya turun drastis. Dulu sebelum wabah Covid-19, saya bisa menghabiskan 60 kilogram jeruk dalam tiga hari. Namun sekarang, bawa 30 kilogram saja baru habis seminggu," ungkapnya.
Menurutnya, penjualan saat ini memang sudah lebih baik dibanding saat awal pasca pandemi. Namun, daya beli masyarakat yang belum pulih sepenuhnya membuat omzet belum kembali seperti dulu.
"Dulu, sekali belanja di Tulungagung saya biasa menggunakan mobil. Namun saat ini saya pilih pakai motor, ya karena belanjaan yang saya bawa jauh lebih sedikit. Sekarang kalau belanja ukurannya beberapa plastik saja, beda dengan dulu yang langsung beli satu kardus," imbuhnya.
Zainal mengakui harga buah saat ini cukup stabil dan tidak semahal saat bulan puasa. Misalnya, jeruk yang ia beli seharga Rp 12.500, dijual kembali seharga Rp 15.000.
Ia menambahkan bahwa jeruk termasuk buah yang cukup tahan dalam kondisi cuaca buruk seperti sekarang.
"Sampai sekarang saya tidak berani menambah dagangan, ya asalkan dapat berjualan setiap hari dan badan tetap sehat saya rasa sudah cukup," tandasnya.
Kabar Trenggalek - Peristiwa
Editor:Zamz