Kabar Trenggalek - Pengepungan ribuan aparat Kepolisian - TNI di Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah, berlangsung sejak Selasa, (08/02/2022) hingga hari ini. Rabu (09/03/2022), pukul 08:00 WIB, gerombolan aparat melanjutkan penyisiran ke beberapa titik. Seperti Masjid, Balai Desa, rumah-rumah, dan pos-pos penjagaan milik warga Wadas, Jumat (11/02/2022).
"Rasa takut dan trauma tak henti-hentinya menghantui kehidupan warga Wadas. Puluhan anak, saudara, dan suami diangkut paksa tanpa alasan oleh Polres Purworejo menambah kekhawatiran sanak keluarga yang menantikan kepulangan mereka," tulis warga Wadas dalam siaran pers pasca penangkapan warga, 8-9 Februari 2022.
Banyak perempuan Wadas karena suaminya digelandang ke Polres Purworejo, harus mengurus anak balita sendirian. Sulitnya informasi tentang kondisi 60-an orang yang ditangkap itu makin memperkeruh kondisi psikologis warga.
"Kondisi yang dialami warga saat ini, bukan hanya mengembalikan, melainkan memperdalam ingatan warga tentang kekerasan membabi-buta yang mereka alami pada 23 April 2021 silam. Patroli aparat kepolisian bersenjata lengkap di Wadas secara terus menerus sebanyak 16 kali pada kurun September-Oktober 2021 juga mengendapkan rasa trauma di benak warga," jelas warga Wadas.
[caption id="attachment_10423" align=aligncenter width=1956] Ribuan polisi tangkap paksa puluhan warga Desa Wadas saat sholat di Masjid/Foto: @Wadas_Melawan (Twitter)[/caption]Baca juga: Mahfud MD Ngeyel Tidak Ada Kekerasan Polisi kepada Warga Wadas
Sejumlah aktivitas keseharian yang biasanya dilakukan warga Wadas mesti terhambat sama sekali. Alat pertanian, membuat besek, dan mencari rumput kemarin telah dirampas oleh aparat kepolisian. Besek-besek yang biasanya dianyam oleh Wadon Wadas terbengkalai, lahan-lahan tidak terurus, hewan-hewan ternak kelaparan. Penyerbuan itu telah merubah total kehidupan warga, terutama aktivitas ekonomi mereka.
Terganggunya aktivitas ekonomi warga berdampak pada pemenuhan kebutuhan makan mereka. Saat ini, warga memanfaatkan pasokan logistik seadanya. Belum lagi, pengepungan aparat kepolisian membuat warga tidak berani keluar desa untuk mencari bahan makanan. Jika tetap memaksa keluar, cecaran pertanyaan (interogasi) dan penangkapan mungkin akan terjadi kembali.
"Selain mengancam kebutuhan logistik, pengepungan itu juga mengancam banyak anak-anak di Wadas. Gelak tawa anak yang sedang bermain tidak lagi terdengar di Desa Wadas. Begitu pula hak anak untuk mendapatkan pendidikan mesti terganggu. Rasa takut membuat anak-anak mengurungkan diri pergi ke sekolah," terang warga Wadas.
Spanduk-spanduk yang mencerminkan perjuangan warga tidak luput dari sasaran aparat kepolisian. Aparat kepolisian sibuk merobek dan mencabut spanduk berisi tulisan dan gambar yang bernada penolakan pertambangan di Wadas. Spanduk itu kemudian mereka bawa dan sebagian di antaranya mereka buang ke tepian jalan dan lahan warga.
[caption id="attachment_10412" align=aligncenter width=750] Polisi kepung dan tangkap warga desa wadas jawa tengah/Foto: @wadas_melawan (instagram)[/caption]Baca juga: Kronologi Ribuan Polisi Kepung dan Tangkap Paksa Warga di Desa Wadas Jawa Tengah
Banyak warga yang merasa tidak aman apabila harus tinggal sendiri, memutuskan untuk berkumpul di Dusun Randuparang. Namun hari Kamis, ratusan aparat Kepolisian - TNI justru merangsek masuk ke dusun itu.
Perasaan takut dan khawatir kembali menghantui warga. Banyak warga hanya berani mengintip dari jendela rumah untuk melihat situasi yang sedang terjadi.
Selain di Dusun Randuparang, aparat Kepolisian - TNI juga memenuhi Dusun Winong. Persis seperti yang terjadi di Dusun Randuparang, warga di Winong juga hanya berani mengawasi aktivitas aparat kepolisian-TNI dari dalam rumah. Meskipun ada warga yang menyaksikan langsung di luar rumah, namun jumlahnya dapat dihitung jari.
"Kekhawatiran terjadinya tindakan kekerasan dan penangkapan menjadi alasan warga memilih untuk berada di dalam rumah. Rasa takut tidak kemudian hilang meski mereka berdiam di dalam rumah. Ancaman peristiwa merangseknya aparat Kepolisian - TNI ke dalam rumah juga menghantui warga," ungkap warga Wadas.
[caption id="attachment_10448" align=aligncenter width=2000] Fakta-Fakta Kekerasan Polisi kepada Warga Desa Wadas Jawa Tengah/Foto: @wadas_melawan (Instagram)[/caption]Baca juga: Fakta-Fakta Kekerasan Polisi kepada Warga Desa Wadas Jawa Tengah
Nahasnya, kekhawatiran itu kembali terwujud. Sejak Rabu pagi, gerombolan aparat kepolisian kembali bergerak menyisir sejumlah dusun kembali memasuki rumah-rumah warga.
Mereka melakukan razia telepon seluler/handphone (HP) milik warga, tanpa alasan jelas dan seizin pemiliknya. Razia HP juga dilakukan kepada warga-warga yang berada di luar rumah. Warga hanya mengetahui bahwa razia itu dilakukan untuk memeriksa pesan maupun aktivitas digital pemiliknya.
Kondisi itu juga makin dipersulit dengan belum kunjung pulihnya sinyal internet di Wadas. Terhitung sejak hari Senin (07/02/2022), sinyal internet di Wadas mengalami penurunan kecepatan, bahkan hilang.
Hingga pukul 15:00 WIB, kondisi di Wadas masih mencekam. Ribuan aparat kepolisian berpakaian lengkap, menenteng senjata dan tameng masih berseliweran di Desa Wadas. Banyak warga hingga saat ini belum berani keluar rumah. Ribuan aparat Kepolisian - TNI singgah di halaman rumah, ruang kelas madrasah diniyah, serta di serambi dan pelataran masjid.
"Tak ada yang bisa warga lakukan di tengah perasaan takut, persediaan makanan yang mulai menipis, lahan-lahan pertanian yang tak terawat, hewan-hewan ternak yang tak kunjung mendapat pakan, besek-besek yang terbengkalai, serta pohon-pohon aren yang belum disadap. Seperti desa mati, sejak sore hingga malam hari, kondisi di Desa Wadas sunyi dari kehidupan," cerita warga Wadas.