Ini adalah cerita perjalanan dari Trenggalek ke Pasuruan untuk nonton konser Fourtwnty dan Nadin Amizah. Pengalaman saya menikmati konser indie sendirian: Sunset di Kebun.
Saya memiliki janji dengan seorang kawan untuk menonton konser 'Sunset di Kebun' tepat di tanggal ulang tahunnya. Namun wacana itu mendadak batal karena 20 hari sebelum acara sang kawan baik itu berpulang. Jadilah saya tunaikan sendirian.Selepas magrib, saya berangkat dari Trenggalek menuju Surabaya, numpang tidur sekaligus menyambangi sahabat saya yang lain.Esok harinya barulah saya menuju Pasuruan. Bus adalah pilihan transportasi paling menyenangkan, selain harganya yang sangat terjangkau, jam keberangkatannya pun fleksibel. Terlebih trayek bus jurusan Surabaya-Malang melewati lokasi acara yang berada di Kebun Raya Purwodadi, Kabupaten Pasuruan. Makin memudahkan akses ke sana.Usai menukarkan e-ticket, saya disambut satu panggung besar berdiri di tengah tanah lapang dikepung pepohonan rimbun Kebun Raya Purwodadi. Gelaran acara musik bertajuk ‘Sunset di Kebun’ itu jadi makin syahdu karena gerimis sepanjang hari. Penonton memakai jas hujan dan menggelar matras, tak begitu peduli meski rerumputan hijau berubah jadi kolam lumpur merendam ujung kaki.Hadir sendirian di hari kedua, Minggu, 3 Maret 2024, saya agak terlambat karena penampilan Ikhsan Skuter sudah separuh jalan. Musabab januari lalu sudah menonton Ikhsan Skuter kali ini saya memilih melipir ke area food court. Tersedia banyak pilihan menu makanan dan minuman. Saya putuskan membeli kopi sambil observasi sekitar, karena baru kali ini nekat menikmati konser indie sendirian.Tak berselang lama, Fourtwnty naik ke atas panggung. Band indie yang digawangi Ari Lesmana CS ini membawakan lagu-lagu andalan mereka. Mulai dari Realita, Hitam Putih, Aku Tenang, dan banyak lainnya. Tak lupa juga sing along Indonesia Pusaka di tengah-tengah kebun raya dan sedang gerimis menjadi pengalaman menyenangkan.Penampilan Ari yang nyentrik, nyeker, dan bersemangat menjadikan lagu-lagunya menjadi lebih mantap untuk dinikmati. Performance yang maksimal dipadukan dengan efek lighting yang ciamik, membuat penonton terhipnotis. Tentu saja saya menikmatinya, berdendang sendiri sambil memegang gelas kopi.Pada sela-sela pergantian lagu, Ari sempat menyampaikan beberapa pesan kepada seluruh penonton. Ia menyinggung lokasi konser yang begitu sejuk dan pentingnya menjaga lingkungan sekitar.“Yang paling mendasar dan penting perhatikan sampah. Apalagi yang ngerokok, puntung rokoknya itu,” ucap vokalis Fourtwnty itu.Saya sendiri tidak yakin pesan yang di sampaikan Ari digubris oleh semua penonton. Pasalnya, meski sudah disediakan banyak tempat sampah, saya menemukan banyak puntung rokok yang berserak di smoking area.Ari juga tak segan turun dari panggung dan bernyanyi di tengah-tengah penonton. Fourtwnty menyelesaikan penampilannya dengan lagu Fana Merah Jambu. Yang baru saya perhatikan, tiap penampil mendapatkan plant heroes cinderamata berupa tumbuhan nepenthes alias kantung semar. Progam yang cukup menarik dari kebun raya untuk mengenalkan tanaman tropis eksotis itu. Saya langsung teringat bahwa perawatan nepenthes itu susah susah gampang, semoga mereka bisa merawatnya dengan baik.Sunset di kebun raya purwodadi kali ini ditutup oleh Nadin Amizah. Diawali dengan lagu ‘Rayuan Perempuan Gila’ dan gerimis yang menjadi hujan. Lirik-lirik dalam lagu Nadin yang jujur dan menyentuh membuat pesta emosi. Saya memutuskan melepas sepatu, menyembunyikannya di bawah salah satu meja food court, lantas bergabung dalam kerumunan.Memanfaatkan momen hujan yang cukup deras, beberapa orang mundur saya justru maju ke barisan depan. ‘Permisi, mbak, boleh saya join duduk di sini?’ tanya saya pada dua orang perempuan yang duduk di barisan depan. Mereka mengiyakan dan kami berkenalan.Tak berselang lama, beruntung sekali, Nadin memutuskan turun panggung, telanjang kaki, dan menari di tengah hujan bersama salah satu penonton. Ia tetap bernyanyi riang meski gaunnya berlumur lumpur. Vokal nadin yang merdu dan lembut menyambut menghanyutkan emosi penonton, bahkan terlihat yang menangis sesenggukan. Banyak juga yang datang bersama orang terkasih, mereka menghayati sekali, bergandengan tangan saling menguatkan.Memang sedari awal keberangkatan dari Trenggalek menuju ke mari, saya berniat untuk merayakan dua lagu milik Nadin. ‘Beranjak Dewasa’ dan ‘Sorai’. Dua lagu ini cukup berkesan karena tepat hari ini adalah ulang tahun seorang kawan baik yang berpulang belum lama ini.Benar saja, usai menerima setangkai bunga matahari, Nadin mulai menyanyikan lagu beranjak dewasa saya merinding dibuatnya. Terlebih saat lirik menjelang akhir, “Bagai bintang yang jatuh, jauh terburu waktu, mati lebih cepat,” dua buah confetti besar meledak disertai fogging smoke, merayakan beranjak dewasa. Terdengar riuh sorak penonton dan saya terpukau, lupa jika hari ini nonton konser sendiri.Penampilan Nadin ditutup dengan lagu Sorai. Meski lagu Sorai mengisahkan perpisahan, Nadin mengemasnya dengan indah, tanpa penyesalan dan kekecewaan. Terlebih lagi efek lighting warm menyerupai cahaya matahari tenggelam memberi salam perpisahan. ‘Namun bersorai pernah bertemu’ Nadin menutupnya dengan baik.Sambil mengantri keluar dari area musik, saya tersenyum ternyata menonton konser sendirian bukan ide buruk. Saya mendapat lima kawan baru dari berbagai wilayah di Jawa Timur. Bahkan ada yang terlewat baik hati, mau mengantar ke tempat istirahat.Sunset di Kebun menjadi salah satu daftar konser yang saya rekomendasikan. Sebaiknya memang datang lebih awal agar bisa berpuas menikmati kebun raya dan isinya. Jangan lupa juga untuk menyiapkan perlengkapan sesuai kondisi saat itu dan mengurangi membawa barang yang kurang penting. Mungkin lain kali bisa saya bagikan tips nonton konser sendiri biar ngga mati gaya, yaa.Cerita Perjalanan dari Trenggalek ke Pasuruan untuk Nonton Konser Fourtwnty dan Nadin Amizah
Tinggalkan komentar
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai dengan *