KBRT - Banjir yang melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Trenggalek beberapa hari terakhir turut merendam lahan pertanian cabai di Dusun Tanggung, Desa Ngadirejo, Kecamatan Pogalan. Tanaman cabai milik petani rusak dan dipastikan gagal panen.
Sunardi (57), petani asal Dusun Sindon Etan, Desa Ngadirejo, mengaku akan segera memanen cabainya dalam waktu empat hari ke depan meskipun tanaman tersebut baru berusia empat bulan.
“Tiga atau empat hari lagi saya akan panen cabai sebelum saya ganti dengan bibit yang baru,” ujarnya, Jumat (23/05/2025).
Pria yang akrab disapa Pak Sunar itu mengatakan, pada musim sebelumnya tanaman cabainya mampu bertahan hingga 10 bulan. Namun kali ini ia harus menyudahi lebih awal umur tanamannya agar tidak merugi lebih lama.
“Air yang menggenangi sawah saya bertahan lebih dari tiga hari. Meski batang tidak terendam, akarnya sudah rusak karena terlalu lama tergenang,” ungkapnya.
Ia menambahkan, hujan yang terus-menerus menyebabkan daun tanaman cabai menjadi keriput dan banyak buah yang rontok akibat membusuk. Beberapa tanaman bahkan mati karena akar tidak kuat menopang batang.
“Sekarang kira-kira bisa dapat 8 kilogram kalau dipanen, ya karena sudah banyak yang busuk dan mati,” tuturnya.
Sunar menjelaskan, meskipun masa panen raya telah terlewati, tanaman cabai sebenarnya bisa bertahan hingga satu tahun lebih jika cuaca mendukung dan perawatannya optimal. Sayangnya, cuaca ekstrem tahun ini membuat ia harus berpikir ulang soal pola tanam.
Untuk menyiasati kerugian dan agar lahannya tidak terbengkalai, Sunar menanam ubi jalar di sela-sela tanaman cabai yang sudah mati.
Ia mengaku tidak terlalu mempermasalahkan harga cabai rawit yang saat ini menurun. Pasalnya, ia sudah sempat menikmati harga tinggi saat panen sebelumnya.
“Untuk sekarang hujan jadi kendala utama saya dan petani cabai lain di sini. Musim tanam selanjutnya saya akan memperdalam parit agar bisa mengurangi risiko banjir,” tandasnya.
Kabar Trenggalek - Peristiwa
Editor:Zamz