Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin bicara soal pertanian di Trenggalek. Dirinya mengedepankan kearifan lokal, seperti pembuatan pupuk secara mandiri.
Kemudian pestisida dan benih lokal yang diyakini lebih tahan hama. Namun kendalanya karena tidak mengantongi ijin edar sehingga sesama petani lokal tidak bisa menggunakan sarana pertanian tersebut.
"Kami pengen semua praktek-praktek yang sudah diajarkan di Trenggalek itu disertifikasi", kata Mas Ipin.
Mas Ipin berharap petani berdaulat. Punya kemandirian khususnya untuk menyediakan saprodi pertanian seperti pupuk dan sebagainya. Saat ini yang produsen itu belum ada izin edar.
"Cuma kalau temen-temen yang mau pakai, izin edar belum ad. Nah itu yang kita pengen sertifikasikan. Sehingga segala yang baik, dihasilkan petani ini bisa dimanfaatkan oleh orang lain secara aman secara legal," tegasnya.
Tambah Mas Bupati, targetnya bisa mencapai pertanian yang produktif namun juga rendah karbon. Karena kalau pertanian tak produktif, akhirnya janya membuka lahan dan hutan saja.
"Jadi kami pengennya lebih fokus di intensifikasi. kalau sekarang baru bisa panen sekali, bagaimamna caranya bisa panen dua kali. Kalau bisa panen dua kali kemudian bagaimana kita bisa tiga kali 3 kali atau 4 kali," detailnya.
Saat ini Trenggalek telah menyiapkan pertanian regenerative farming. Sehingga dapat menjadi contoh bagi petani, dan edukasi kepada masyarakat sekitar.
"Kami mau launching pertanian regeneratif farming di Desa Sukorejo bisa jadi ip 400 itu bisa panen 4 kali dengan rendah karbon. Hemat air dan juga residu-residu nya kami kelola dengan baik untuk jadi pestisida nabati. Bisa jadi arang sekam untuk tanam dan lain sebagainya," tandasnya.