Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Bukan Sinetron, Ini Kisah Warsini Tukang Bubur Naik Haji

Kabar Trenggalek - Apa yang anda bayangkan tentang Tukang Bubur Naik Haji? Tentunya sebuah tayangan sinetron yang populer di kalangan masyarakat. Pada ibadah haji tahun 2022, kisah Tukang Bubur Naik Haji itu benar-benar nyata terjadi, Minggu (17/07/2022).Kisah nyata Tukang Bubur Naik Haji itu dialami oleh Warsini (60), jemaah haji asal Balikpapan, Kalimantan Timur. Sejak muda ia merantau dari tanah kelahirannya di Kediri Jawa Timur ke Balikpapan.Setelah suaminya berhenti sebagai karyawan perusahaan sementara anak-anaknya masih kecil, Warsini memutuskan berjualan bubur kacang ijo, bubur ketan item, dan bubur sumsum dibantu suami.Warsini sudah bercita-cita ingin naik haji sejak muda. Selama 12 tahun, ia menyisihkan penghasilannya lalu ditabung.“Sehari-hari saya jualan bubur kacang ijo, bubur ketan item, bubur sumsum, saya yang jualan, suami bantu-bantu. Dulu suami pernah kerja di perusahaan, sudah berhenti, sementara anak masih kecil-kecil,” tutur Warsini, dikutip dari laman Kemenag.“Penghasilan dari jualan bubur tak tentu, tapi setiap harinya saya sisihkan untuk nabung pergi haji, cita-cita saya sejak muda, pergi haji. Lama nabungnya, tapi saya tetap sabar,” imbuhnya.Ibu tiga anak yang sudah memiliki cucu itu, sejak memulai usaha jualan bubur sudah mencanangkan program Jumat Berkah. Pada hari-hari biasa, harga setiap porsi buburnya dihargai Rp 7.000. Kemudian, setiap Jumat menjadi Rp 5.000. Warsini juga menggratiskan buburnya bagi orang yang ingin makan bubur tapi tidak punya uang.“Setiap Jumat saya punya program Jumat berkah, saya turunkan harga jualannya, di hari biasa saya jual 7.000 setiap Jumat jadi 5.000. Jumat berkah ini sudah saya lakukan sejak memulai usaha ini. Saya cari berkahnya dengan menurunkan harga jualan saya,” ujar perempuan itu.“Saya juga sering memberi bubur gratis pada yang mau bubur tapi ngga punya uang, saya kasih, saya ikhlas sekali, yang saya cari kan tabungan nanti di akhirat, yang penting ikhlas, itu kuncinya,” sambung Warsini.Warsini mengaku, setiap Jumat ia terkadang mendapat pesanan bubur dari dari perusahaan-perusahaan yang berada di sekitar tempat ia jualan.“Perusahaan tahu Jumat berkah itu, sehingga banyak pesan untuk karyawannya, jumlahnya ngga tentu, 50-100 porsi. Alhamdulillah senang, disyukurin saja,” terang Warsini.Selama melaksanakan rangkaian ibadah haji, Warsini merasa dimudahkan, semuanya berjalan lancar. Selama di Arafah ia merasakan panas, tapi hal serupa juga dialami jemaah lainnya, Saat bermalam di Mina dan melempar jumrah, Warsini dan suaminya tidak menemui kendala, seluruhnya berjalan lancar, dan terakhir saat tawaf Ifadah.“Saat lempar jumrah dan tawaf Ifadah, seluruhnya alhamdulillah lancar,” katanya.Menurut Warsini, saat pertama kali melihat Kabah, ia mengaku bahagia, haru, sedih dan bersyukur. Tidak banyak doa yang ia langitkan pada Tuhan saat itu.“Sedih, senang, bersyukur, ya Allah. Doa saya, hanya minta sehat, minta rezeki yang berkah, dan minta ke sini lagi sama anak, cucu, menantu, doa saya begitu saja, sama dengan doa yang dipanjatkan saat di Arafah,” terang Warsini.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai dengan *