KBRT - Harga reyeng, kerajinan anyaman bambu yang digunakan sebagai wadah ikan, mengalami penurunan di Desa Sawahan, Kecamatan Watulimo. Hal ini disebabkan oleh minimnya hasil tangkapan ikan yang berpengaruh terhadap permintaan reyeng di pasaran.
Rukmini, salah satu pengrajin reyeng di desa tersebut, mengatakan bahwa ia telah menggeluti usaha ini selama kurang lebih 20 tahun.
"Kalau menjadi pembuat reyeng, kurang lebih saya sudah lama, mungkin sudah 20 tahunan," ujarnya, Jumat (31/1/2025).
Harga reyeng saat ini bergantung pada musim ikan. Untuk reyeng kecil dihargai Rp 320 per biji, sementara reyeng besar dijual Rp 500 per biji.
"Ya, harga reyeng sekarang ini masih naik turun, tergantung dengan jumlah ikan yang ada. Kalau musim ikan ya naik, tapi kalau tidak musim ya turun," kata Rukmini.
Setelah diproduksi, reyeng biasanya dijual kepada pengepul dengan jumlah minimal beberapa ikat. Satu ikat berisi 100 biji. Namun, saat hasil tangkapan ikan menurun, pengepul lebih selektif dalam membeli.
"Reyeng biasanya diambil oleh pengepul minimal beberapa ikat, baru mereka mau beli. Tapi kalau musim ikan, satu ikat saja pengepul sudah mau mengambil," jelasnya.
Bahan baku reyeng berasal dari bambu yang dibeli dalam bentuk batangan panjang. Saat ini, harga bambu dari petani mencapai Rp 17.000 per batang.
Kabar Trenggalek - Ekonomi
Editor:Tri