Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Login ke KBRTTulis Artikel

Atlet Panjat Tebing Trenggalek Ukir Prestasi di Tengah Keterbatasan Fasilitas

Dua atlet panjat tebing Trenggalek raih juara di Tulungagung, meski berlatih dengan fasilitas wall climbing yang belum standar nasional.

  • 24 Sep 2025 10:00 WIB
  • Google News

    Poin Penting

    • Prestasi diraih meski berlatih dengan wall climbing setinggi 10 meter, di bawah standar nasional
    • FPTI minta Pemkab Trenggalek perhatikan fasilitas.

    KBRT – Dua atlet panjat tebing Kabupaten Trenggalek berhasil meraih prestasi membanggakan di ajang Tulungagung Climbing Competition 2025 yang digelar pada 19–21 September di Gedung Olahraga (GOR) Lembu Peteng. 

    Kompetisi tingkat Karesidenan itu diselenggarakan oleh Universitas Bhinneka PGRI dan Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Kabupaten Tulungagung.

    Atlet pertama, Arjuna Putra Arinda, siswa kelas 3 SDN 1 Kelutan, sukses meraih Juara 1 kategori Speed Classic U-10 Putra. Sementara itu, Arviani Rizki Handayani, siswi MTsN 1 Trenggalek, memborong dua gelar sekaligus, yakni Juara 1 kategori Speed Classic U-16 Putri dan Speed Classic U-19 Putri.

    Ketua FPTI Trenggalek, Joko Among Mitro, menyebut capaian tersebut menjadi kebanggaan tersendiri di tengah minimnya sarana prasarana panjat tebing di Trenggalek.

    “Wall climbing yang ada hanya setinggi 10 meter, padahal standar nasional adalah 15 meter. Keterbatasan ini berdampak pada latihan karena atlet jadi tidak terbiasa dengan ketinggian standar,” jelas Joko.

    Ia berharap pemerintah daerah, terutama Bupati dan Dinas Olahraga, memberi perhatian lebih dengan menambah dan memperbaiki fasilitas panjat tebing.

    “Saya berharap ada alokasi anggaran untuk perbaikan fasilitas cabang olahraga panjat tebing ini, mengingat semakin meningkatnya kualitas dan jumlah atlet baru,” lanjutnya.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    Selain keterbatasan fasilitas, Joko juga mengungkapkan bahwa para pelatih tidak menerima honor resmi. Biaya operasional hanya ditopang iuran wali atlet sebesar Rp25.000, namun dedikasi pelatih tetap tinggi karena rasa kekeluargaan.

    Sementara itu, Ketua Menak Sopal Climbing (MSC), Nanang Prasetyo, menyebut capaian atlet Trenggalek di ajang ini melampaui ekspektasi.

    “Kemarin sebelum perlombaan, anak-anak saya ajak uji coba di wall climbing yang tingginya standar, hasilnya tetap bagus walaupun belum terbiasa,” ujar Nanang.

    Ia menambahkan, meski terbatas fasilitas, program latihan terperinci tetap dijalankan, mulai dari pola makan, teknik, hingga penguatan fisik. Nanang berharap fasilitas panjat tebing Trenggalek bisa ditingkatkan hingga standar nasional pada 2026.

    “Semoga wall climbing ditambah tinggi enam meter lagi agar mencapai standar nasional, dan juga dibangun kategori wall lead yang memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi,” katanya.

    Nanang menilai semangat tinggi para atlet menjadi kunci prestasi. Salah satunya Arviani Rizki yang masih berusia 13–14 tahun mampu mengalahkan lawan dari tingkat SMA.

    “Meskipun dihadapkan pada banyak tantangan, semangat pengurus, pelatih, dan atlet tetap tinggi. Saat ini jumlah atlet FPTI Trenggalek sudah lebih dari 40 orang, jauh berkembang dibanding beberapa tahun lalu,” ucap Nanang.

    Kawan Pembaca, Terimakasih telah membaca berita kami. Dukung Kabar Trenggalek agar tetap independen.

    Kabar Trenggalek - Olahraga

    Editor:Zamz

    ADVERTISEMENT
    SABGamehouse