Kabar Trenggalek - Dalam sebuah organisasi yang menghimpun dan mempertemukan lebih dari dua orang pasti mempunyai potensi terjadi konflik.Penyebab konflik dalam organisasi dikarenakan setiap individu yang berbeda akan memiliki gagasan dan pemikiran yang berbeda pula. Sehingga, dalam memutuskan kemana arah suatu organisasi akan terjadi pertentangan antara individu satu dengan lainnya.Tak ayal, setiap kali ada musyawarah atau rapat organisasi akan terjadi perdebatan yang sengit oleh setiap anggota atau kelompok.Pertentangan ini terjadi karena kehendak dan kepentingan suatu individu atau kelompok bertentangan dengan pihak lain. Alhasil, setiap yang bertentangan akan saling beroposisi satu sama lain.Konflik yang terjadi di organisasi akan menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah munculnya daya pikir yang kritis setiap anggota dan membuat organisasi menjadi dinamis.Dampak negatifnya adalah ketika suatu konflik yang tidak diatasi dan dikelola dengan baik dapat menimbulkan perpecahan dalam organisasi. Bahkan bagian terburuk dari ketidakmampuan manejemen konflik bisa timbulnya kekerasan fisik seperti adu jotos dan lempar-lempar kursi.Tentunya setiap organisasi tidak ingin adanya konflik negatif yang menimbulkan adu jotos (kekerasan fisik) atau seperti lempar-lempar kursi.Selain memperburuk kinerja organisasi juga akan menimbulkan korban luka-luka bahkan hingga kematian dan rusaknya fasilitas umum. Maka, untuk menghindari konflik negatif seperti ini diperlukannya sikap pemimpin yang bijaksana dalam manajemen konflik.
Definisi Konflik
Konflik atau dalam bahasa inggris disebut conflict adalah sebuah pertentangan antara dua kubu atau lebih yang disebabkan perbedaan kehendak atau kepentingan.Menurut para ahli seperti Lewis A. Coser, konflik adalah perjuangan nilai atau tuntutan atas status dan merupakan bagian dari masyarakat yang akan selalu ada, sehingga apabila ada masyarakat maka akan muncul konflik.Sedangkan menurut Soerjono Soekanto konflik adalah suatu keadaan pertentangan antara dua pihak untuk berusaha memenuhi tujuan dengan cara menentang pihak lawan.Sama seperti Soerjono, Robbins mendefinisikan konflik sebagai proses sosial dalam masyarakat yang terjadi antara pihak berbeda kepentingan untuk saling memberikan dampak negatif.Artinya pihak-pihak yang berbeda tersebut senantiasa memberikan perlawanan (baik berupa argumen atau wacana dan bisa juga kekerasan fisik).Jadi, jika konteksnya sebuah organisasi, konflik dapat didefinisikan sebagai pertentangan antar individu atau kelompok yang memiliki kepentingan dan kehendak berbeda dalam suatu organisasi.Pada akhirnya setiap pihak yang memiliki perbedaan satu sama lain akan beroposisi dan melakukan perlawanan untuk memenangkan pandangannya.
5 Penyebab Konflik dalam Organisasi
Kalau menurut ahli bernama Louis R. Pondy ada beberapa pemicu terjadi konflik dalam sebuah organisasi. Antara lain sebagai berikut:
1. Faktor Birokrasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), birokrasi adalah sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintahan yang berpegang hierarki dan jenjang jabatan.Kendati demikian, dalam KBBI birokrasi dapat diartikan sebagai cara kerja atau susunan pekerjaan yang banyak liku-likunya, menurut aturan (kultur, adat, dan sebagainnya).Sehingga birokrasi harus disusun dengan baik dalam jalannya sebuah organisasi. Karena birokrasi menyangkut cara kerja dan pola kerja yang terdapat sebuah hierarki dalam suatu birokrasi.Kesalahan dan ketidaktepatan dalam menyusun birokrasi adalah ‘bahan empuk’ terjadinya konflik.
2. Saling Ketergantungan
Dalam sebuah jalannya organisasi setiap individu dan kelompok saling bergantung satu sama lainnya. Sehingga dapat timbul kompetisi dalam memperebutkan otonomi dan koordinasi.Setiap kubu akan memperjuangkan otonomi yang lebih besar untuk kepentingannya. Dan langkah ini akan berbenturan dengan langkah dan keinginan organisasi dalam melakukan koordinasi.Atau sederhananya setiap kelompok atau kubu yang bertentangan pasti memerlukan unit lain untuk menjalankan pemikiran atau gagasannya. Sehingga akan terjadi perebutan kekuatan pengaruh untuk memengaruhi kelompok atau kubu yang lain agar gagasannya bisa dijalankan.
3. Perbedaan dalam Menetapkan Prioritas dan Tujuan
Masing-masing kelompok akan mementingkan prioritas dan tujuan kelompoknya sendiri. Sehingga prioritas dan tujuan kelompok lain akan dikesampingkan. Hal ini akan menimbulkan sebuah konflik dalam organisasi.
4. Pengukuran Kinerja yang Tidak Sesuai
Pembagian tugas dan wewenang setiap kelompok atau bagan dalam birokrasinya memiliki perbedaan. Alhasil setiap kinerja kelompok dalam penilaian dan pengukurannya memiliki parameter tersendiri.Setiap kelompok tidak bisa disamakan dalam pengukuran dan penilaiannya. Pengukuran dan penilaian yang sama membuat kecemburuan satu sama lain. Karena setiap kelompok memiliki tugas dan wewenang masing-masing.
5. Memperebutkan Sumber Daya Terbatas
Sumber daya yang terbatas dalam organisasi menyebabkan setiap kelompok berebutan untuk dapat mengaksesnya.Semisal keterbatasan sarana dan prasara dalam organisasi yang kurang dan hanya bisa diakses oleh kelompok tertentu membuat kecemburuan kelompok lain. Sehingga konflik tidak dapat dielakkan.