Perceraian adalah suatu hal yang berat. Tak hanya bagi pasangan yang bercerai, anak juga mendapatkan dampak dari perceraian orang tuanya.
Anak seperti tidak mendapatkan kasih sayang dan cenderung dilibatkan dalam konflik perceraian orang tuanya. Maka dari itu, artikel kali ini mengulas tentang cara merawat anak setelah bercerai.
Agar anak tetap mendapat perhatian, para orang tua harus tahu bagaimana cara mengasuh anak setelah bercerai. Demi masa depan sang anak, pola pengasuhan yang baik dapat membuat anak bisa hidup lebih baik.
Ada permasalahan yang mendasar setelah perceraian. Yakni hak asuh anak. Biasanya hak asuh anak akan membuat kecemburuan salah satu pihak yang bercerai.
Karena hak asuh anak yang dimenangkan salah satu pihak akan menimbulkan pengakuan atas penghormatan hak berkunjung. Pola asuh anak seperti ini tidak baik, karena bisa saja menimbulkan konflik-konflik yang berdampak buruk bagi anak.
Kedewasaan orang tua yang bercerai perlu ditonjolkan. Hindari dominasi ego dalam pengasuhan anak. Agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan tidak merasa tertekan atas perceraian orang tuanya.
Melansir dari Kompas dan HalloSehat, berikut pola mengasuh anak setelah bercerai:
Daftar Isi [Show]
1. Bedakan Status Pasangan dan Status Sebagai Orang Tua
Ketika menikah dan mempunyai anak, setiap pasangan mempunyai dua status sekaligus. Yakni sebagai orang tua dan pasangan (suami/istri).
Saat bercerai, status pasangan suami dan istri yang mengalami kerusakan atau perpisahan. Tidak dengan status orang tua dengan anak.
Sehingga, sebagai orang tua yang bercerai harus tetap ingat bahwa status terhadap anak masih ada dan tidak bisa dilepaskan begitu saja.
Orang tua harus mengesampingkan ego mereka agar anak bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Jika ego dari para orang tua yang masih terus saja menggebu-gebu, bisa saja menyebabkan anak menjadi trauma dan terjerumus ke hal negatif, narkoba misalnya.
Satu hal yang bisa dilakukan setelah bercerai adalah membuat komitmen bersama dalam mengurus anak. Meski telah bercerai, anak masih mendapatkan perhatian dari orang tuanya.
Dan yang tak kalah pentingnya, jangan pernah berdebat tentang rumah tangga di depan anak.
2. Berbagi Hak Asuh
Untuk menghindari kecemburuan dari salah satu pihak yang tidak mendapatkan hak asuh anak, langkah yang bisa dilakukan adalah saling berbagi hak asuh terhadap anak.
Rumah orang tua yang mendapatkan hak asuh anak menjadi rumah utama. Sementara, rumah orang tua yang lain bisa menjadi rumah alternatif bagi anak.
Semisal yang mendapatkan hak asuh anak adalah ibunya, kemudian anak bisa berkunjung di rumah ayahnya saat akhir pekan. Begitu pula sebaliknya.
3. Jangan Libatkan Anak dengan Permasalahan Masa Lalu dengan Mantan
Keputusan untuk bercerai biasanya diambil karena sudah tidak ada solusi dari konflik yang memuncak dalam rumah tangga.
Ketika sudah bercerai, para orang tua sebaiknya tidak mengungkit kembali dan melibatkan anak-anak dalam persoalan di masa lalu.
Biarkan anak tumbuh dengan dunia mereka. Setidaknya jangan sampai perceraian orang tua membayang-bayangi proses pertumbuhan dan perkembangan anak.
Karena terkadang orang tua mengungkit-ngungkit masa lalu saat bercerai. Mereka akan bercerita betapa menyebalkannya pasangannya hingga akhirnya bercerai.
Anak yang belum siap mendengarkan pembicaraan seperti ini bisa sangat kaget. Belum siap mendengar itu semua dan bisa-bisa membuat depresi.