• Panggul
  • Munjungan
  • Pule
  • Dongko
  • Tugu
  • Karangan
  • Kampak
  • Watulimo
  • Bendungan
  • Gandusari
  • Pogalan
  • Durenan
  • Suruh
Sabtu, 3 Juni, 2023
Kabar Trenggalek
Tidak ada hasil..
Lihat seluruh hasil
  • News
    • Politik
    • Ekonomi
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Nasional
    • Lingkungan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Sosial
    • Teknologi
    • Wisata
  • Gaya Hidup
    • Hiburan
  • Mata Rakyat
  • Feature
  • Opini
  • Trenggalekpedia
  • Pemilu 2024Hot
Kabar Trenggalek
  • News
    • Politik
    • Ekonomi
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Nasional
    • Lingkungan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Sosial
    • Teknologi
    • Wisata
  • Gaya Hidup
    • Hiburan
  • Mata Rakyat
  • Feature
  • Opini
  • Trenggalekpedia
  • Pemilu 2024Hot
Tidak ada hasil..
Lihat seluruh hasil
Kabar Trenggalek
Tidak ada hasil..
Lihat seluruh hasil
Beranda News Sosial

Sejarah Metode Hisab yang Dipakai Muhammadiyah untuk Menetapkan Hari Raya Idul Fitri

Aini Mawadah Aini Mawadah
18:54 21 Apr 2023
Ilustrasi. Metode hisab Muhammadiyah/Foto: Pexels

Ilustrasi. Metode hisab Muhammadiyah/Foto: Pexels

Kalangan Muhammadiyah menetapkan Hari Raya Idul Fitri 1444 H pada hari ini, Jumat, 21 April 2023. Sedangkan pemerintah dan Nahdlatul Ulama (NU) menetapkan Hari Raya Idul Fitri pada besok Sabtu, 22 April 2023. Perbedaan itu dikarenakan Muhammadiyah menggunakan metode hisab, sedangkan pemerintah dan NU menggunakan rukyat.

Ada rangkaian sejarah metode hisab yang dipakai Muhammadiyah untuk menetapkan Hari Raya Idul Fitri. Secara bahasa, hisab artinya “menghitung”. Jadi, metode hisab adalah penentuan awal Bulan Hijriah bedasarkan hitungan ilmu falak atau ilmu astronomi untuk memastikan apakah hilal sudah wujud/nampak/muncul atau belum. Sehingga, dalam metode hisab, tidak perlu benar-benar melihat hilal secara langsung.

Adv Salon Azr Adv Salon Azr
IKLAN

Apa perbedaan metode hisab dan rukyat? Menurut Muhammadiyah, metode rukyat hanya akan memberikan konfirmasi penanggalan untuk satu hari. Sedangkan metode hisab mengonfirmasi penanggalan untuk rentang waktu yang lebih panjang dan dapat digunakan terus-menerus. Metode hisab juga dianggap memiliki basis hukum Islam yang jelas, lebih akurat dan memberi kepastian.

Afandi dalam artikelnya di laman resmi Muhammadiyah, menyampaikan perbedaan penanggalan Ramadan dan Idul Fitri terjadi karena umat muslim belum memiliki kesadaran terkait kalender global Hijriyah.

Daftar isi:

  • Pelopor Metode Hisab
  • Sejarah Metode Hisab
  • Sri Sultan Hamengkubuwono VII Dukung Metode Hisab
  • Muhammadiyah, Penanggalan Jawa, Hijriyah dan Masehi

RekomendasiUntukmu

50 Ucapan Selamat Hari Raya Waisak 2023 Penuh Makna dan Kedamaian

Ada Varian Baru KrisMuha Kristen Muhammadiyah, Kok Bisa?

Bagaimana asal usul Muhammadiyah dengan penggunaan metode hisab? Dalam sejarahnya, ternyata ada dukungan Kesultanan Yogyakarta dan apresiasi KH. Ahmad Dahlan terhadap ilmu pengetahuan dalam metode hisab oleh Muhammadiyah.

Pelopor Metode Hisab

Di kalangan umat Islam Indonesia, kesadaran penggunaan kalender Hijriyah secara konsisten dipelopori oleh Muhammadiyah lewat pendirinya, yaitu Kiai Haji Ahmad Dahlan.

Sebagai seorang modernis, Kiai Ahmad Dahlan memahami bahwa ilmu sains dan teknologi sejatinya memudahkan umat manusia dalam kehidupan di dunia. Beliau ingin umat Islam tidak mendikotomikan antara agama dan dunia.

Oleh karena itu, kesadaran terhadap penggunaan Kalender (sistem hisab) dibawa beliau sepaket dengan berbagai misi reformis lainnya pelurusan arah kiblat yang terjadi sepulang beliau dari ibadah haji di tahun 1897 dan diperjuangkan hingga tahun 1898.

Sejarah Metode Hisab

Sultan Hamengkubuwana ke VII (1839-1931) melihat kecerdasan dan visi tajdid Kiai Ahmad Dahlan dengan gagasan-gagasan yang melampaui zamannya. Kemudian, Sultan Hamengkubuwana ke VII mengutus Kiai Ahmad Dahlan untuk kembali ke Makkah guna melakukan ibadah haji yang kedua pada tahun 1903-1904 dengan biaya penuh dari Kesultanan Yogyakarta.

Menurut intelektual UMY, Ridho Al-Hamdi (28/8/2021), Sri Sultan ingin Kiai Ahmad Dahlan menemui para ulama dan sarjana Islam dari berbagai belahan dunia di Makkah. Sehingga, mereka bisa menimba ilmu sebagai bekal berjuang melawan misi Kristenisasi Pulau Jawa dari kolonial yang masif pada saat itu.

Di Makkah, Kiai Ahmad Dahlan berhasil menemui murid Jamaluddin Al-Afghani, Rasyid Ridha. Kiai Ahmad Dahlan juga menimba ilmu langsung dari ulama besar seperti Syaikh Ahmad Khatib al-Minangkabawiy yang mempertajam gagasan visionernya.

Penguasaan terhadap ilmu Falak, geografi dan astronomi yang menjadi dasar metode hisab, disempurnakan Kiai Ahmad Dahlan setelah belajar kepada Raden Haji Dahlan Semarang, Syekh Jamil Jambek Bukittinggi, dan Sayid Usman al-Habsyi Jakarta.

Setelah Muhammadiyah berdiri, pada masa itu umat muslim di Yogyakarta, termasuk Kesultanan Yogyakarta masih berpegang pada kalender Jawa (Aboge, Alif-Rebo-Wage). Pada waktu itu, kalender Jawa merupakan sebuah perhitungan Jawa yang telah digunakan oleh para wali dan disebarluaskan oleh Raden Rasyid Sayid Kuning.

Dari penguasaannya terhadap metode hisab dan falak, Kiai Ahmad Dahlan mendapati perhitungan tanggal Hijriyah hari-hari besar Islam yang rutin digelar Kesultanan. Hari-hari besar itu seperti Grebeg Maulid, Grebeg Syawal, dan Grebeg Besar Iduladha berbeda dengan perhitungan kalender Aboge.

“Hari raya Idulfitri jatuh esok hari, sedangkan Aboge besok lusa.” Oleh karenanya, Kiai Ahmad Dahlan pun menghadap ke Sultan Hamengkubuwono VII untuk memaparkan temuannya. Kiai Ahmad Dahlan juga meminta izin agar Muhammadiyah dibolehkan berbeda dalam penentuan tanggal perayaan hari-hari besar Islam. Begitulah catatan Ahmad Faizin Karimi dalam Pemikiran dan Perilaku Politik Kiai Haji Ahmad Dahlan (2012).

Sri Sultan Hamengkubuwono VII Dukung Metode Hisab

Sebagai seorang abdi dalem yang sangat njawani (kental adat Jawanya), Kiai Ahmad Dahlan menemui Sri Sultan Hamengkubuwono VII pada malam hari. Beliau ditemani oleh pimpinan penghulu Keraton, K.H. Muhammad Kamaludiningrat (Kiai Sangidu).

Junus Salam dalam K.H. Ahmad Dahlan: Amal dan Perjuangannya (2009), mencatat bahwa Kiai Ahmad Dahlan saat itu diterima oleh Sultan dalam ruangan yang gelap gulita. Sehingga, Kiai Ahmad Dahlan yang mengira hanya berdua saja dapat menyampaikan argumennya dengan leluasa.

Akan tetapi selesai berargumentasi, lampu ruangan dinyalakan. Nampaklah di ruangan itu ternyata Sri Sultan didampingi oleh seluruh jajaran Kesultanan. Dengan penuh kebijaksanaan, Sri Sultan memberikan izin: “Berlebaranlah kamu menurut hisab atau rukyat, sedang Grebeg di Yogyakarta tetap bertradisi menurut hitungan Aboge”.

Muhammadiyah, Penanggalan Jawa, Hijriyah dan Masehi

Dari kejadian malam itu, Muhammadiyah diizinkan menyelenggarakan Salat Idulfitri lebih dahulu, termasuk menggunakan fasilitas Masjid Agung Yogyakarta untuk menggelar Salat Ied. Sementara pihak Keraton tetap berpegang pada kalender Aboge yang berbeda dalam penentuan awal Syawal.

Mengutip Muhammadiyah Jawa karya Najib Burhani, Media Zainul Bahri dalam Perjumpaan Islam Ideologis & Islam Kultural Sejarah Kritis (2022), menyebut Muhammadiyah setelah kejadian itu memakai tiga Kalender. Ada Kalender Jawa, Kalender Hijriyah, dan Kalender Masehi.

Pada 23 Februari 1923, Kiai Ahmad Dahlan meninggal dunia. Tiga tahun setelahnya, Muhammadiyah melaksanakan Kongres Muhammadiyah ke-26 di Surabaya tahun 1926. Setelah kongres itu, penggunaan Kalender Hijriyah dan hisab sebagai pedoman utama dalam penentuan hari-hari besar keagamaan direkomendasikan kepada seluruh warga Muhammadiyah.

Demikian artikel tentang sejarah metode hisab yang dipakai Muhamadiyah untuk tetapkan Hari Raya Idul Fitri. Semoga artikel ini bermanfaat untuk Anda semua.

Tags: AgamaislamMuhammadiyahPimpinan Pusat Muhammadiyah
dibagikan6SendTweet2dibagikanPin1

Berita Terkait

Upacara adat tradisi Sinongkelan di Desa Prambon, Trenggalek/Foto: Raden Zamz (Kabar Trenggalek)

Menolak Punah Tradisi Sinongkelan, Tetap Lestari di Bumi Prambon Trenggalek

8:00 3 Jun 2023
Ziarah makam Mbah Dumbo di Puncak Gunung Kebo Trenggalek/Foto: Adib Tamami (Kabar Trenggalek)

Ziarah Makam Mbah Dumbo, Ribuan Apem Dumbo Hujani Gunung Kebo Trenggalek

7:00 3 Jun 2023
Baladewa

Memiliki Kesaktian Luar Biasa, Baladewa Disingkirkan dari Perang Bharatayudha

18:31 30 Mei 2023
Kongres Nasional Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) ke-17/Foto: Beni Kusuma (Kabar Trenggalek)

Kemeriahan Kongres Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia ke-17, Peserta Membeludak

11:03 25 Mei 2023
Jamaah Haji Trenggalek urus administrasi keberangkatan/Foto: Raden Zamz (Kabar Trenggalek)

Berangkat 6 Juni, Puluhan Jamaah Haji Trenggalek Belum Lunasi BPIH

8:00 25 Mei 2023
Diskomidag Trenggalek latih emak-emak UMKM mengolah susu/Foto: Raden Zamz (Kabar Trenggalek)

Gali Potensi Lokal, Diskomidag Trenggalek Latih Emak-Emak Olah Susu Jadi Makanan Kekinian

17:45 24 Mei 2023
Tinggalkan Komentar

Berita Populer

Harga Penginapan Pantai Midodaren Tulungagung: Manjakan Mata di Tepi Pantai

Beni Kusuma
10:54 2 Jun 2023
Keindahan Pantai Midodaren Tulungagung/Foto: Mampiro Tulungagung (Instagram)
Jawa Timur

Di balik hingar-bingar Kabupaten Tulungagung yang terkenal kota industri dan perdagangan, di baliknya menyimpan keindahan surga tersembunyi. Yakni Pantai Midodaren...

Baca selanjutnya

Berita Baru

Suasana upacara adat Labuh Laut Larung Sembonyo 2023/Foto: Raden Zamz (Kabar Trenggalek)

Labuh Laut Larung Sembonyo 2023: Semarak Festival Pantai Prigi Trenggalek

13:57 3 Jun 2023
Indahnya pemandangan di Pantai Cemara Puger Jember Jawa Timur dikala senja/Foto: Luki Zidarsen (Instagram)

Keseruan Wisata Pantai Cemara Puger Jember, Naik Kuda dan Berkeliling dengan Perahu

9:00 3 Jun 2023
Upacara adat tradisi Sinongkelan di Desa Prambon, Trenggalek/Foto: Raden Zamz (Kabar Trenggalek)

Menolak Punah Tradisi Sinongkelan, Tetap Lestari di Bumi Prambon Trenggalek

8:00 3 Jun 2023
Kabar Trenggalek

© 2023 Kabartrenggalek.com

Menu Penting

  • Redaksi Kabar Trenggalek
  • Tentang
  • Privacy Policy
  • Ketentuan Layanan
  • Hak Jawab
  • Media Siber
  • Kontak

Ikuti Kami

  • News
    • Politik
    • Ekonomi
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Nasional
    • Lingkungan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Sosial
    • Teknologi
    • Wisata
  • Gaya Hidup
    • Hiburan
  • Mata Rakyat
  • Feature
  • Opini
  • Trenggalekpedia
  • Pemilu 2024

© 2023 Kabartrenggalek.com