Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Tanah Longsor Trenggalek: Tembok Jebol dan Air Sumber Pegunungan Masuk Rumah Warga

Kubah Migunani
Kabupaten Trenggalek terus dilanda berbagai peristiwa bencana alam. Salah satunya tanah longsor di Kecamatan Kampak, yang mengakibatkan tembok rumah warga jebol.Informasi itu disampaikan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Trenggalek. Tanah longsor terjadi di RT. 33 RW. 10, Desa Karangrejo, Kecamatan Kampak.Awalnya, Rabu, (22/03/2023) mulai pukul 21.00 - 04.00 WIB telah terjadi hujan dengan intensitas sedang-deras di Desa Karangrejo, Kecamatan Kampak. Hujan itu mengakibatkan tanah longsor pukul 03.00 WIB, Kamis (23/03/2023)."Tebing samping rumah longsor menimpa tembok rumah Bapak Sukeni hingga jebol. Selain itu, air sumber dari pegunungan mengalir masuk rumah," tulis BPBD Trenggalek.Atas peristiwa tersebut, TRC dan Relawan BPBD, Muspika beserta 3 pilar Desa Karangrejo mendatangi lokasi kejadian."Melaksanakan pembersihan material longsor bersama warga sekitar. Mengimbau masyarakat untuk selalu waspada bila terjadi hujan deras," tandas BPBD Trenggalek.Hingga hari ini (24/03/2023), BPBD Trenggalek bersama warga masih kerja bakti untuk membersihkan material longsor. Mereka juga membuat saluran supaya air sumber dari pegunungan tidak masuk ke rumah."Air yang mengalir ke rumah kemarin berusaha dibuatkan saluran ke tempat lain agar tidak masuk kerumah. Kalau untuk bantuan sembako menunggu laporan bencana tertulis dari desa dulu, sebagai dasar pengeluaran bantuan," jelas BPBD Trenggalek, saat dikonfirmasi.

Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengumumkan cuaca di berbagai wilayah Indonesia berpotensi mengalami hujan sedang hingga lebat. Oleh karena itu, BMKG memberi rekomendasi kepada pihak terkait sebagai berikut:

  1. Memastikan kapasitas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air siap untuk mengantisipasi peningkatan curah hujan.
  2. Melakukan penataan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan tidak melakukan pemotongan lereng atau penebangan pohon yang tidak terkontrol serta melakukan program penghijauan secara lebih masif.
  3. Masyarakat pengguna transportasi angkutan penyeberangan perlu meningkatkan kewaspadaan sebagai salah satu upaya adaptasi dan mitigasi kondisi tersebut.
  4. Melakukan pemangkasan dahan dan ranting pohon yang rapuh serta menguatkan tegakan/tiang agar tidak roboh tertiup angin kencang.
  5. Menggencarkan sosialisasi, edukasi, dan literasi secara lebih masif untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian Pemerintah Daerah, masyarakat serta pihak terkait dalam pencegahan/pengurangan risiko bencana hidrometeorologi (banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang, puting beliung dan gelombang tinggi).
  6. Lebih mengintensifkan koordinasi, sinergi, dan komunikasi antar pihak terkait untuk kesiapsiagaan antisipasi bencana hidrometeorologi.
  7. Terus memonitor informasi perkembangan cuaca dan peringatan dini cuaca ekstrem dari BMKG, secara lebih rinci dan detail untuk tiap kecamatan di seluruh wilayah Indonesia, melalui Website BMKG https://www.bmkg.go.id.
Kopi Jimat

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai dengan *