Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

2 Tradisi Perayaan Maulid Nabi di Seluruh Indonesia, Grebeg Maulud Salah Satunya

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW sebentar lagi akan digelar di berbagai tempat, termasuk di lingkungan sekitar kita. Tradisi ini telah berlangsung selama ratusan tahun, mungkin sejak pertama kali Islam hadir di Nusantara.

Maulid Nabi tidak hanya diperingati di Jawa, di mana kerajaan-kerajaan Islam seperti Keraton Yogyakarta, Kasunanan Surakarta, Pura Mangkunegara, dan Pura Pakualaman masih bertahan. Keempat kerajaan trah Mataram Islam ini memiliki tradisi khusus dalam merayakan Maulid Nabi.

Namun, di tempat-tempat lain di Indonesia juga terdapat tradisi unik dalam memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW, seperti di Kalimantan Selatan dan daerah lainnya.

Berikut adalah dua tradisi perayaan Maulid Nabi yang dilaksanakan di Indonesia:

1. Grebeg Maulud di Keraton Yogyakarta

Grebeg Maulud di Keraton Yogyakarta tidak hanya berlangsung dalam satu hari, melainkan serangkaian kegiatan penuh simbolisme yang melibatkan banyak prosesi. Kata "grebeg" sendiri berasal dari kata *brebeg*, yang dalam bahasa Indonesia berarti "ribut" atau "ramai."

Kegiatan ini diawali dengan *Numplak Wajik*, yang dilakukan tiga hari sebelum puncak perayaan Maulid Nabi. *Numplak Wajik* melambangkan kelahiran, yang dianalogikan dengan proses kelahiran dari rahim seorang ibu.

Dalam Grebeg Maulud, Keraton Yogyakarta tidak hanya membuat satu gunungan, melainkan lima gunungan yang terdiri dari Gunungan Kakung, Putri, Gepak, Darat, dan Pawuhan. Gunungan tersebut berisi berbagai hasil bumi dan wajik yang dihasilkan dari prosesi Numplak Wajik.

Prosesi puncak Grebeg Maulud adalah kirab gunungan yang dibawa dari Keraton menuju Masjid Gedhe Kauman, dan setelah itu dibagikan kepada masyarakat yang hadir.

Grebeg Maulud diakhiri dengan Sekaten, yaitu pasar rakyat yang berlangsung selama 40 hari. Tradisi Grebeg Maulud ini juga dilakukan oleh tiga trah Mataram Islam lainnya dengan beberapa modifikasi lokal.

2. Baayun Maulid di Kalimantan Selatan

Berbeda dengan Grebeg Maulud yang diinisiasi oleh Keraton, tradisi Baayun Maulid di Kalimantan Selatan dimulai oleh masyarakat sendiri, khususnya di Desa Banua Halat, daerah Tapin. Tradisi ini berakar dari adat lokal masyarakat Dayak yang kemudian digabungkan dengan perayaan Maulid Nabi.

Baayun sendiri berarti mengayun anak. Dalam tradisi ini, anak-anak diayun dalam kain khas dan janur sambil didoakan. Perayaan ini memiliki tujuan agar anak-anak tersebut mendapatkan berkah dan kesehatan.

Tradisi Baayun Maulid merupakan perpaduan antara adat Dayak dan ajaran Islam yang memperlihatkan akulturasi budaya di wilayah tersebut.

Setiap tradisi Maulid Nabi di Indonesia merupakan bentuk ekspresi perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW, yang membawa ajaran Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.