Peristiwa kebakaran di Trenggalek terjadi pada saat musim kemarau. Lahan yang kering dan ada indikasi keteledoran dari warga menyebabkan lahan hangus terbakar.
Tercatat, selama kemarau tahun 2024 sebanyak 14 kasus kebakaran yang dilaporkan. Data tersebut merujuk dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Kepala Pelaksana BPBD Trenggalek, St Triadi Atmono, mengungkapkan bahwa kasus karhutla tersebut mayoritas terjadi di area hutan jati dan lahan milik warga.
"Karhutla terjadi di 4 desa/kelurahan di 3 kecamatan. Kondisi hutan yang kering membuat api dengan cepat meluas," jelasnya.
Kasus karhutla pertama terjadi pada Minggu (21/07/2024) di kawasan hutan jati Gunung Jaas, Petak 76C, Desa Ngantru, dengan luas lahan terbakar mencapai 11,7 hektare.
Kasus-kasus lainnya melibatkan lahan milik warga di Desa Bendorejo, Kecamatan Pogalan dengan luasan mulai dari beberapa meter persegi hingga 5 hektare.
Kasus kebakaran terbesar dilaporkan terjadi pada Jumat (06/09/2024), ketika kebakaran melanda Gunung Kedekan, Petak 116 B di Desa Jatiprahu.
"Luas area terbakar mencapai 5 hektare, termasuk 0,1 hektar lahan milik Perhutani yang ditanami pohon jati, bambu, serta tumbuhan bawah," terangnya.
Berdasarkan data BPBD Trenggalek, beberapa wilayah yang paling terdampak oleh karhutla adalah Kecamatan Trenggalek, Pogalan, dan Karangan.
"Beberapa lokasi, seperti Gunung Orak Arik di Desa Karangsuko, tercatat mengalami beberapa kali kebakaran dalam waktu singkat, dengan luas area yang bervariasi," pungkasnya.
Di sisi lain, BMKG telah memprediksi bahwa musim kemarau akan berlanjut hingga Oktober mendatang. Meskipun beberapa wilayah Trenggalek sempat diguyur hujan, risiko kebakaran hutan dan lahan masih sangat tinggi.
Kondisi kering dan angin kencang di musim kemarau berpotensi memicu kebakaran baru, terutama di area yang mudah terbakar seperti hutan jati dan lahan pemajakan.
“Kami menghimbau masyarakat untuk lebih waspada terhadap potensi kebakaran," tuturnya.
Meskipun sudah ada hujan ringan di beberapa titik, kemarau masih akan berlanjut hingga Oktober.
"Koordinasi dengan instansi terkait juga terus dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi karhutla yang mungkin terjadi,” ujarnya.