Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Wajah Baru Alun-Alun Tugu Kota Malang Setelah Revitalisasi, Begini Sejarahnya

Alun-Alun Tugu Kota Malang atau Alun-Alun Bunder adalah salah satu ikon populer di kota Malang. Sejak era kolonial Hindia-Belanda, daerah ini sudah menjadi pusat aktivitas masyarakat.Dalam sejarahnya, Alun-alun Tugu Kota Malang sempat mengalami beberapa revitalisasi. Di tahun 2023 ini, Alun-Alun Tugu Kota Malang kembali menampakkan wajah barunya. Tulisan ini akan membahas tentang wajah baru Alun-Alun Tugu Kota Malang setelah revitalisasi dan sejarahnya.

Bagaimana Sejarah Alun-Alun Tugu Kota Malang?

[caption id="attachment_46580" align=aligncenter width=1280] Alun-Alun Bunder dan Balaikota Malang tahun 1930-1940/Foto: Arsip Pemkot Malang[/caption]Diketahui, di era kolonial Hindia-Belanda, area Alun-Alun Tugu Kota Malang masih belum memiliki tugu dan air mancur. Hanya berupa taman bunga berbentuk lingkaran. Taman ini dibangun oleh Ir. Herman Thomas Karsten, seorang planolog Belanda.Pembangunan taman ini termasuk salah satu dari proyek penataan ulang tata ruang kota (Bouwplan II) oleh Pemerintah Hindia-Belanda tahun 1919. Saat itu Pemerintah Hindia-Belanda juga mengembangkan proyek serupa untuk beberapa kota di Pulau Jawa.Rencana pembangunan di kawasan Alun-Alun Tugu Kota Malang dimulai sekitar tahun 1920, bebarengan dengan berdirinya kawasan Gouverneur - Generaalbuurt (daerah gubernur jenderal) yang baru di sebelah timur Sungai Brantas. Kawasan pemerintahan ini terdiri dari balaikota, taman, sekolah, rumah dinas militer, dan hotel.Hingga di tahun 1922, wacana pembangunan taman ini mulai direalisasikan. Sebagai kawasan pemerintahan, taman ini pun diberi nama "J. P. Coen Plein" untuk penghormatan kepada Gubernur Jenderal Jaan Pieterszoon Coen.Meski begitu, masyarakat lebih mengenal taman ini dengan sebutan Alun-Alun Bunder. Hal itu dikarenakan bentuknya yang bunder (dalam bahasa Indonesia berarti lingkaran).Di era 1920-1945, Kota Malang terus mengalami perkembangan pembangunan yang pesat. Hingga setahun persis setelah masa kemerdekaan, Kota Malang pun dipilih sebagai salah satu pusat perjuangan rakyat Indonesia.Saat itu mulai lah dibangun tugu di tengah taman Alun-Alun Bunder beserta kolam yang melingkari tugu pada tanggal 17 Agustus 1946.Desain dan penataan monumen tugu memiliki arti perjuangan yang begitu mendalam.Monumen tugu terdiri dari tiga tingkatan. Pertama bagian puncak dengan bentuk runcing yang menyimbolkan bambu runcing sebagai peringatan perjuangan rakyat Indonesia dalam melawan kolonialisme.Kedua, bagian tengah tugu terdapat relief ukiran lima pulau besar, gambar proklamasi, dan lambang Pancasila. Ketiga, di bagian bawah tugu terdapat semacam struktur penopang tugu yang dikenal dengan sebutan padma.Sayangnya, ketika belum terbangun seratus persen, tugu yang menjadi monumen perjuangan itu menjadi korban Agresi Militer Belanda I pada tahun 1947. Penghancuran monumen tugu ini menjadi salah satu bangunan yang dihancurkan dalam peristiwa Bumi Hangus Malang selain Balaikota Malang.Setelah gejolak mereda, monumen tugu di Alun-alun Bunder kembali dibangun oleh Pemerintah Kota Malang pada tahun 1953. Presiden Soekarno menjadi orang yang meresmikan monumen tugu tersebut.Menurut Ronal Ridhoi, dosen sejarah Universitas Negeri Malang (UM), meski sempat hancur, tetapi tidak ada perbedaan bentuk struktur tugu antara tahun 1946 dengan 1953.Seiring berjalannya waktu, Alun-Alun Bunder banyak digunakan sebagai tempat berkumpulnya orang-orang. Letaknya yang strategis berada di tengah kota juga memudahkan para wisatawan luar daerah mengakses tempat ini karena dekat dengan Stasiun Kota Baru.

Bagaimana Kondisi Alun-Alun Tugu Kota Malang saat ini?

Jika ditilik dari konsep awal pembangunan, area Alun-Alun Tugu Kota Malang memang dibangun dengan konsep terbuka. Artinya, sejak awal pembangunan, area Alun-Alun Tugu Kota Malang sengaja tidak diberi pagar yang mengitari bundaran.Kondisi Alun-Alun Tugu Kota Malang diperkirakan berubah di zaman Orde Baru pada rentang tahun 1988-1998 era Walikota Soesamto. Di tahun tersebut, Alun-alun yang mulanya tak memiliki pagar mulai diberi pagar yang mengelilingi bundaran Alun-alun.Meski menuai banyak kritik, termasuk dari Rudini, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) yang menjabat saat itu, pembangunan pagar tetap dilakukan.Hingga di tahun 2023, terbitlah rencana revitalisasi Alun-Alun Tugu Kota Malang. Proyek revitalisasi tersebut adalah bagian dari pembangunan heritage yang saat ini sedang dikembangkan di beberapa titik sejarah kolonial Kota Malang.Proyek revitalisasi Alun-Alun Tugu Kota Malang saat ini kembali menghadirkan konsep taman terbuka seperti mulanya taman ini dibangun di era kolonial.Akan tetapi, beberapa pengembangan juga dilakukan seperti pemberian lampu-lampu bertiang hijau ala lampu-lampu di Malioboro.Walaupun terjadi berbagai perbedaan pendapat di kalangan sejarawan, proyek revitalisasi ini telah selesai pada 9 Oktober 2023. Sekarang, masyarakat sudah bisa kembali menikmati suasana masa lalu di area Alun-Alun Tugu Kota Malang.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai dengan *