Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account

Wabah PMK Serang 6.072 Ternak di Jatim, Pakar: Solusinya Vaksinasi Massal dan Biosekuriti

Vaksinasi hewan ternak belum menjadi prioritas banyak peternak, baik karena keterbatasan biaya maupun kurangnya informasi tentang pentingnya vaksinasi rutin. Nutrisi yang buruk juga menjadi salah satu faktor, karena hewan dengan daya tahan tubuh yang rendah lebih rentan terhadap infeksi.

  • 03 Jan 2025 16:00 WIB
  • Google News

    Poin Penting

    • Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Jawa Timur telah mencapai 6.072 kasus dan 282 kematian ternak dalam dua bulan terakhir.
    • Penyebab utama penyebaran PMK adalah kesalahan biosekuriti, kurangnya pelaporan, dan lalu lintas ternak yang tidak diawasi.
    • Solusi untuk mengatasi wabah ini adalah vaksinasi massal, peningkatan biosekuriti, dan kolaborasi antara pemerintah, peneliti, dan peternak.

    Mewabahnya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Jawa Timur harus segera diantisipasi, dengan solusi  memprioritaskan vaksinasi massal dan peningkatan biosekuriti. Kolaborasi antara pemerintah, peneliti, dan peternak untuk mengembangkan strategi pengendalian yang efektif. 

    Dalam dua bulan terahir, PMK kembali menyebar di Jawa Timur dengan 6.072 kasus dan 282 kematian ternak. Kasus PMK menyebar di 30 kota/kabupaten di Jawa Timur, di antaranya di Kabupaten Trenggalek.

    Nur Hidayatullah Romadhon, Dosen Pendidikan Biologi UM Surabaya menjelaskan, penyakit PMK disebabkan oleh virus RNA dari kelompok Picornaviridae yang sangat menular dan menyerang hewan berkuku genap seperti sapi, kerbau, kambing, dan domba.

    “Gejala yang sering muncul meliputi demam tinggi, lepuh pada mulut dan kaki yang menyebabkan hewan sulit makan dan berjalan, serta penurunan produksi susu pada hewan perah,” ujar Nur Hidayatullah, Jumat (3/1/25) dilansir dari website um-surabaya.ac.id.

    Pria yang akrab disapa Dayat ini mengatan, lonjakan kasus PMK di Jawa Timur pada awal Desember 2024 dipicu oleh faktor pancaroba. Menurutnya seperti pada pengalaman sebelumnya, wabah PMK pada tahun 2022, menunjukkan bahwa penyakit ini sangat cepat menyebar ke berbagai daerah, termasuk Jawa Timur, dan salah satu penyebabnya adalah kesalahan dalam antisipasi wabah oleh peternak.

    “Pertama, para peternak sering mengabaikan pentingnya biosekuriti. Proses disinfeksi kandang, peralatan, dan kendaraan pengangkut hewan ternak jarang dilakukan, sehingga virus dengan mudah menyebar,”katanya.

    Kedua, kata Dayat hewan yang sakit sering kali tidak dilaporkan kepada Dinas Peternakan karena kekhawatiran kehilangan penghasilan atau kurangnya pemahaman tentang pentingnya pelaporan dini.

    Ketiga, lalu lintas ternak yang tidak diawasi dengan baik turut mempercepat penyebaran virus antar daerah.

    Lebih lanjut, kata Dayat vaksinasi hewan ternak masih belum menjadi prioritas banyak peternak, baik karena keterbatasan biaya maupun kurangnya informasi tentang pentingnya vaksinasi rutin. Nutrisi yang buruk juga menjadi salah satu faktor, karena hewan dengan daya tahan tubuh yang rendah lebih rentan terhadap infeksi.

    “Minimnya edukasi tentang PMK menyebabkan peternak tidak dapat mendeteksi gejala awal atau mengambil langkah pencegahan yang tepat, sehingga wabah ini sulit dikendalikan,”imbuhnya.

    Menurut Dayat, untuk mengatasi wabah ini, perlu dilakukan vaksinasi massal dan peningkatan biosekuriti.

    "Peternak harus meningkatkan kesadaran tentang pentingnya biosekuriti dan vaksinasi. Pemerintah juga harus meningkatkan dukungan terhadap peternak, seperti subsidi vaksin dan peralatan biosekuriti," katanya. 

    Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, peneliti, dan peternak untuk mengembangkan strategi pengendalian yang efektif. 

    "Kita harus bekerja sama untuk mengatasi wabah ini. Peternak harus mendapatkan edukasi yang memadai tentang cara mencegah penyebaran PMK," tambahnya.

    Nur Hidayatullah juga menyoroti pentingnya pengawasan ketat terhadap lalu lintas ternak dan penerapan protokol kesehatan yang ketat di kandang. "Dengan demikian, risiko penyebaran PMK dapat diminimalisir," ujarnya.

    Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi wabah ini, termasuk melakukan vaksinasi massal dan memberikan bantuan kepada peternak yang terkena dampak. Namun, perlu kerja sama yang lebih intensif untuk mengatasi wabah ini.

    Dengan langkah-langkah yang tepat, diharapkan wabah PMK di Jawa Timur dapat dikendalikan dan sektor peternakan dapat kembali stabil. 

    "Kita harus bertindak cepat dan tepat untuk mengatasi wabah ini," kata Nur Hidayatullah.

    Kabar Trenggalek - Peristiwa

    Editor:Danu S