Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Ramai Diperbincangkan, Inilah Varian Virus Corona, Tak Hanya Omicron dan Delta

Varian virus corona atau SARS-CoV-2 penyebab corona virus disease (Covid-19) telah membuat masyarakat dunia harap-harap cemas selama kurang lebih dua tahun. Sebab, pandemi yang dimulai awal tahun 2020 lalu telah membuat virus berkembang dan bermutasi.

Sehingga penyebarannya kian masif dan beberapa variasi lebih ganas dan mudah menyebar di masyarakat. Beberapa varian virus corona diketahui lebih menular, lebih berbahaya, atau lebih tahan terhadap vaksin.

Perlu diketahui, pemerintah Indonesia secara resmi mengumumkan pencabutan status pandemi Covid-19 pada Rabu, 21 Juni 2023 lalu. Akan tetapi, bagi Anda yang tidak sempat mengetahui ragam varian virus corona ini tidak ada salahnya untuk mencari tahu.

Sebab, pengetahuan ini bisa menjadi modal berjaga-jaga dan bekal pengetahuan di masa depan. Terurama saat ini telah ramai pemberitaan bahwa kasua infeksi corona juga melonjak di awal Desember 2023.

Mengutip BBC News Indonesia, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, mengungkapkan ada peningkatan sampai 267 kasus per minggu. Sehingga masyarakat perlu waspada meski telah hidup dengan normal.

Sebelumnya, dua varian yang menjadi sorotan adalah Delta dan Omicron, yang telah menyebar ke banyak negara dan menyebabkan lonjakan kasus Covid-19.

Namun, Delta dan Omicron bukanlah varian virus corona yang ada. Sejak pandemi Covid-19 dimulai, telah ditemukan puluhan varian virus corona di berbagai belahan dunia.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan nama-nama baru untuk varian virus corona yang dianggap penting atau mengkhawatirkan, dengan menggunakan abjad Yunani.

Sebelum membahas lebih jauh, WHO mengelompokkan sejumlah variasi baru virus corona menjadi dua kelompok, yaitu variant of interest (VoI) dan variant of concern (VoC). Variant of interest berarti variasi yang perlu diperhatikan, sedangkan variant of concern adalah variasi yang mengkhawatirkan.

Varian Virus Corona

[caption id="attachment_60718" align=alignnone width=1280]ramai-diperbincangkan-inilah-varian-virus-corona-tak-hanya-omicron-dan-delta_1 Ilustrasi. Kondisi pandemi yang memprihatinkan/Foto: Canva[/caption]

Dengan merangkum informasi di laman WHO, Alodokter, dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Berikut ini adalah beberapa varian virus corona yang perlu Anda ketahui, beserta ciri-ciri dan dampaknya terhadap kesehatan:

Varian Omicron

Varian Omicron (B.1.1.529) adalah varian virus corona yang pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan pada November 2021. Varian ini telah menyebar ke lebih dari 50 negara, termasuk Indonesia.

Varian Omicron memiliki lebih dari 50 mutasi pada protein spike, yang merupakan bagian virus yang berinteraksi dengan sel manusia. Beberapa mutasi ini diduga bisa meningkatkan kemampuan virus untuk menular dan menghindari respons kekebalan tubuh.

Belum diketahui pasti bagaimana gejala, keparahan, dan efektivitas vaksin terhadap varian Omicron. Namun, beberapa laporan awal menunjukkan bahwa gejala infeksi Omicron umumnya ringan, seperti batuk, sakit tenggorokan, pilek, dan kelelahan.

Vaksin Covid-19 mungkin masih bisa memberikan perlindungan terhadap penyakit berat, tetapi mungkin tidak cukup untuk mencegah infeksi. Oleh karena itu, disarankan untuk tetap menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.

Varian Delta

Varian Delta (B.1.617.2) adalah varian virus corona yang pertama kali diidentifikasi di India pada Oktober 2020. Varian ini telah menyebar ke lebih dari 180 negara, termasuk Indonesia.

Varian Delta memiliki dua mutasi utama pada protein spike, yaitu L452R dan P681R, yang membuatnya lebih mudah menempel pada sel manusia dan meningkatkan laju replikasi virus. Varian Delta diketahui lebih mudah menular dan menyebar daripada varian sebelumnya.

Gejala infeksi Delta mirip dengan gejala Covid-19 secara umum, tetapi beberapa laporan menunjukkan bahwa gejala yang lebih sering dialami adalah sakit kepala, sakit tenggorokan, pilek, dan demam. Varian Delta juga bisa menyebabkan gejala berat, seperti sesak napas, nyeri dada, dan kehilangan bau atau rasa.

Vaksin Covid-19 masih efektif untuk melindungi dari Delta, tetapi mungkin memerlukan dosis tambahan atau booster untuk meningkatkan respons kekebalan tubuh. Selain itu, penting juga untuk tetap menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.

Varian Gamma

Varian Gamma (P.1) adalah varian virus corona yang pertama kali diidentifikasi di Brasil pada November 2020. Varian ini telah menyebar ke lebih dari 70 negara, termasuk Indonesia.

Varian Gamma memiliki tiga mutasi utama pada protein spike, yaitu K417T, E484K, dan N501Y, yang membuatnya lebih mudah menular dan menghindari respons kekebalan tubuh. Varian Gamma diketahui lebih berisiko menyebabkan Covid-19 gejala berat daripada varian sebelumnya.

Gejala infeksi Gamma mirip dengan gejala Covid-19 secara umum, tetapi beberapa laporan menunjukkan bahwa gejala yang lebih sering dialami adalah batuk, nyeri otot, dan kelelahan.

Varian Gamma juga bisa menyebabkan gejala berat, seperti sesak napas, nyeri dada, dan kehilangan bau atau rasa. Vaksin Covid-19 masih efektif untuk melindungi dari Gamma, tetapi mungkin memerlukan dosis tambahan atau booster untuk meningkatkan respons kekebalan tubuh.

Selain itu, penting juga untuk tetap menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.

Varian Beta

Varian Beta (B.1.351) adalah varian virus corona yang pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan pada Mei 2020. Varian ini telah menyebar ke lebih dari 120 negara, termasuk Indonesia.

Varian Beta memiliki tiga mutasi utama pada protein spike, yaitu K417N, E484K, dan N501Y, yang membuatnya lebih mudah menular dan menghindari respons kekebalan tubuh. Varian Beta diketahui lebih berisiko menyebabkan Covid-19 gejala berat daripada varian sebelumnya.

Gejala infeksi Beta mirip dengan gejala Covid-19 secara umum, tetapi beberapa laporan menunjukkan bahwa gejala yang lebih sering dialami adalah batuk, demam, dan kehilangan bau atau rasa.

Varian Beta juga bisa menyebabkan gejala berat, seperti sesak napas, nyeri dada, dan diare. Vaksin Covid-19 masih efektif untuk melindungi dari Beta, tetapi mungkin memerlukan dosis tambahan atau booster untuk meningkatkan respons kekebalan tubuh.

Selain itu, penting juga untuk tetap menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.

Varian Alpha

Varian Alpha (B.1.1.7) adalah varian virus corona yang pertama kali diidentifikasi di Inggris pada September 2020. Varian ini telah menyebar ke lebih dari 190 negara, termasuk Indonesia.

Varian Alpha memiliki 23 mutasi pada genomnya, termasuk delapan mutasi pada protein spike, yang membuatnya lebih mudah menular dan menyebar daripada varian sebelumnya.

Varian Alpha diketahui lebih berpotensi menimbulkan gejala berat dan risiko peningkatan risiko rawat inap daripada varian sebelumnya.

Gejala infeksi Alpha mirip dengan gejala Covid-19 secara umum, tetapi beberapa laporan menunjukkan bahwa gejala yang lebih sering dialami adalah batuk, sakit kepala, dan kehilangan bau atau rasa.

Varian Alpha juga bisa menyebabkan gejala berat, seperti sesak napas, nyeri dada, dan diare. Vaksin Covid-19 masih efektif untuk melindungi dari Alpha, tetapi mungkin memerlukan dosis tambahan atau booster untuk meningkatkan respons kekebalan tubuh.

Selain itu, penting juga untuk tetap menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.

Varian Lainnya

Selain varian-varian di atas, ada juga beberapa varian virus corona lain yang pernah masuk dalam daftar WHO sebagai variant of interest (VoI), yaitu varian yang perlu diperhatikan, tetapi belum terbukti mengkhawatirkan. Beberapa varian ini adalah:

  • Varian Epsilon (B.1.427/B.1.429), yang pertama kali diidentifikasi di California, Amerika Serikat pada Juli 2020. Varian ini memiliki dua mutasi pada protein spike, yaitu L452R dan W152C, yang diduga bisa meningkatkan kemampuan virus untuk menular dan menghindari respons kekebalan tubuh. Varian ini telah menyebar ke 46 negara, tetapi tidak termasuk Indonesia.
  • Varian Zeta (P.2), yang pertama kali diidentifikasi di Rio de Janeiro, Brasil. Varian ini memiliki satu mutasi pada protein spike, yaitu E484K, yang diduga bisa mengurangi efektivitas vaksin. Varian ini telah menyebar ke beberapa negara, termasuk Inggris, tetapi tidak termasuk Indonesia.
  • Varian Eta (B.1.525), yang pertama kali diidentifikasi di Inggris. Varian ini memiliki beberapa mutasi pada protein spike, termasuk E484K dan N501Y, yang diduga bisa meningkatkan kemampuan virus untuk menular dan menghindari respons kekebalan tubuh. Varian ini telah menyebar ke lebih dari 60 negara, termasuk Indonesia.
  • Varian Theta (P.3), yang pertama kali diidentifikasi di Filipina. Varian ini memiliki beberapa mutasi pada protein spike, termasuk E484K dan N501Y, yang diduga bisa meningkatkan kemampuan virus untuk menular dan menghindari respons kekebalan tubuh. Varian ini telah menyebar ke beberapa negara, tetapi tidak termasuk Indonesia.

Demikian artikel tentang varian virus corona yang sempat membuat dunia lumpuh dan masyarakat was-was beraktifitas. Semoga artikel ini bermanfaat.