Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Trenggalek memberikan sorotan terhadap bencana banjir di Bumi Menak Sopal sepanjang Senin (17/12/2024). Garis besarnya, GMNI menuntut pemerintah tak menganggap enteng bencana ini.
“Bencana tidak boleh dianggap enteng, karena merugikan masyarakat khususnya yang terdampak, oleh karena itu pemerintah kabupaten harus segera mencari solusi untuk masalah ini,” papar Genta Aditya Pranayan Wakabid Politik Cabang GMNI.
Pada Senin (17/12/2024), bencana banjir di Trenggalek merendam 9 desa di tiga kecamatan hampir 12 jam. Warga yang terdampak 12.532 jiwa.
Air bah bersumber dari luapan sungai dan ada satu tanggul jebol di bantaran Sungai Ngasinan.
Genta juga mengkritik, upaya normalisasi sungai yang tak dilakukan selama kemarau. Kegiatan pengerukan sedimentasi, lanjut dia, dilakukan ketika bencana banjir sudah terjadi.
“Kebiasaan pemerintah itu ketika sudah terjadi baru dilakukan. Belum ada inisiatif mitigasi yang dilakukan sebelum bencana terjadi,” tegasnya.
Lebih lanjut, bencana banjir di Trenggalek menjadi langganan setiap tahunnya. Dengan demikian, GMNI mengira dari pihak pemerintah daerah sudah seharusnya bisa mengetahui titik rawan banjir.
“Kami juga mengajak masyarakat untuk berpartisipasi aktif menjaga lingkungan. Mulai dari langkah kecil membuang sampah tak disungai agar tidak menjadi sebab banjir,” tandasnya.
Editor:Danu S