Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account
ADVERTISEMENT
JImat

Tradisi Trenggalek yang Masih Eksis, Penarik Wisatawan Hingga Kekayaan Budaya

  • 28 May 2025 11:00 WIB
  • Google News

    KBRT - Tradisi yang masih lestari di Trenggalek selalu dipertahankan sebagai kekayaan budaya. Eksis di era modern, tradisi ini menjadi budaya yang dinanti oleh banyak wisatawan yang berkunjung ke Trenggalek.

    Dilansir dari beberapa sumber, berikut tradisi di Trenggalek yang masih eksis hingga kini.

    Larung Sembonyo

    Labuh laut Larung Sembonyo merupakan upacara adat larungan tumpeng raksasa dan sesajen ke tengah laut di Pantai Prigi, Kecamatan Watulimo. Tradisi ini bermula dari kisah Raden Tumenggung Yudha Negara yang berhasil membuka kawasan Teluk Prigi dengan jaminan bersedia menikahi Putri Gambar Inten.

    Nyadran

    Upacara Nyadran adalah tradisi pelemparan kepala kerbau di Dam Bagong Ngantru, kabupaten Trenggalek. Tradisi Nyadran dilakukan untuk mengenang Adipati Menak Sopal yang berperan penting terhadap pembangunan Dam Bagong.

    Upacara Nyadran dilakukan setiap Jumat Kliwon bulan Selo. Upacaranya diawali dengan kirab kerbau di hari Kamisnya dari makam Mbok Rondo Krandon ke makam Adipati Menak Sopal, di hari Jumat nya acara dilanjutkan dengan tahlilan di makam Adipati Menak Sopal, setelah itu dilakukan ziarah makam yang diikuti oleh masyarakat sekitar dan di halaman sekitar makam disajikan tarian jaranan yang diiringi musik gamelan.

    Pada puncak acara, dilakukan penyembelihan kerbau dan pelemparan tumbal kepala kerbau. Kononnya, warga Trenggalek percaya jika tidak dilakukan Upacara Nyadran maka Trenggalek akan mengalami bencana banjir bandang.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    Tiban

    Tiban adalah sebuah tradisi sebagai bentuk permohonan masyarakat Trenggalek untuk menurunkan hujan. Jika terjadi musim kemarau yang panjang, biasanya warga Trenggalek melakukan tradisi ini.

    Tradisi tiban memiliki makna yang sangat penting yaitu, manusia harus berusaha menjaga kesejahteraan hidupnya dan memelihara alam supaya terjaga keseimbangan kehidupan.

    Yang unik dari tradisi tiban adalah cara melakukan ritual tersebut, ritual ini dilakukan dengan cara perang cambik menggunakan lidi aren.

    Ngitung Batih

    Ngitung Batih adalah tradisi yang berasal dari Dongko, kabupaten Trenggalek. Setiap tahun tradisi Ngitung Batih dilaksanakan pada tahun baru Islam atau pada tanggal 1 Muharram. Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian terhadap anggota keluarga serta untuk terhindar dari marabahaya.

    Tradisi ini diawali oleh kirab dayang-dayang yang membawa takir plontang (makanan yang disajikan di dalam mangkuk daun) serta tumpeng dari jalan raya Dongko menuju pendapa kecamatan Dongko. Dayang-dayang ini merupakan perwujudan keluarga yang hadir. Setelah sampai di pendapa Kecamatan Dongko, diteruskan dengan murwakala atau doa bersama supaya dijauhkan dari marabahaya.

    Penjamasan Pusaka

    Penjamasan Pusaka ini merupakan tradisi untuk menyambut Hari Jadi Trenggalek. Pusaka yang dijamasi diantaranya terdiri dari dua tombak koro Welang, Payung Tunggal Nogo dan Panji Kabupaten Trenggalek.

    Kupatan

    Tradisi yang telah berumur 300 tahun ini dirayakan pada hari ke-7 lebaran Idul Fitri di Kecamatan Durenan. Dimulai dengan arak-arakan tumpeng dilanjutkan dengan makan bersama dan silaturahmi.

    Kabar Trenggalek - Trenggalekpedia

    Editor:Zamz