Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account
ADVERTISEMENT
JImat

Sepi Pembeli, Pedagang Jajanan di Pasar Watulimo Bertahan Meski Omzet Turun 80 Persen

  • 22 May 2025 12:00 WIB
  • Google News

    KBRT – Pedagang jajanan kering di Pasar Tradisional Tasikmadu, Kabupaten Trenggalek, terus bertahan di tengah sepinya pembeli. Salah satunya adalah Sanik (60), warga Desa Watulimo, yang mengaku omzet dagangannya turun drastis dibanding lima tahun lalu.

    Sanik menyebut, pembeli di lapaknya makin hari makin berkurang. Ia menduga, kebiasaan masyarakat yang kini lebih memilih belanja jajanan ringan melalui platform daring turut memengaruhi penurunan pembeli di pasar tradisional.

    “Sepi sekali sekarang, ya beberapa tahun terakhir semakin sepi pembeli,” kata Sanik saat ditemui di lapaknya, Rabu (22/5/2025).

    Menurutnya, perbandingan omzet saat ini dengan lima tahun lalu menunjukkan penurunan hingga sekitar 80 persen. Bahkan, dalam kondisi terburuk, ia pernah hanya mendapatkan Rp10 ribu dalam satu hari berjualan.

    “Dari segi omzet turun drastis sampai sekitar 80 persen jika dibanding dulu. Pernah satu hari dapat Rp10 ribu saja,” ujarnya.

    Meski begitu, Sanik tetap memilih bertahan berjualan di pasar karena aktivitas ini telah menjadi rutinitasnya sejak tahun 1990. Selain sebagai mata pencaharian utama, ia merasa tetap berjualan lebih baik ketimbang menganggur di rumah.

    “Alasan bertahan ya daripada nganggur di rumah, saya jualan sejak tahun 1990,” ungkapnya.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    Kondisi yang semakin sepi membuat Sanik kerap mengalami kerugian. Biaya operasional seperti ongkos transportasi dan modal dagangan, menurutnya, sering tidak sebanding dengan penghasilan yang diperoleh.

    Untuk menyiasatinya, ia kini juga memproduksi jajanan basah seperti pipis dan roti kukus yang dititipkan ke sejumlah penjual lain.

    “Sering rugi saya, ya untuk menutupi hal itu saat ini saya sambil membuat makanan basah seperti pipis dan roti kukus untuk saya titip jualkan,” tuturnya.

    Sanik menambahkan, penurunan pembeli juga terjadi saat menjelang hari raya, yang biasanya menjadi momen ramai. Ia menilai, tren belanja konsumen yang kini berpindah ke toko online turut memengaruhi penurunan itu.

    “Hari raya kemarin juga lumayan sepi. Kalau dulu jelang hari raya sehari bisa dapat Rp1 juta, sekarang Rp200 ribu saja,” kata Sanik.

    Kondisi cuaca juga turut memengaruhi jumlah pembeli. Saat hujan, pengunjung pasar disebut makin jarang datang.

    “Cuaca hujan tambah sepi. Pendapatan sekarang paling banyak sehari dapat seratus ribu,” tandasnya.

    Kabar Trenggalek - Ekonomi

    Editor:Zamz