Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account

Sejarah Ibadah Puasa, Tidak Diturunkan di Kota Mekah

mudarat yang besar.

  • 08 Mar 2025 19:00 WIB
  • Google News

    KBRT - Puasa bukan ajaran baru dalam agama Islam, jauh sebelum diturunkannya perintah, orang-orang Arab jahiliah sudah mengenal yang namanya puasa. Ibnu Katsir menerangkan ajaran puasa telah ada sejak Nabi Adam. Dia biasa berpuasa selama 3 hari dalam sebulan sepanjang tahun.  

    Dalam riwayat lain menyebut Nabi Adam berpuasa selama 40 hari 40 malam setiap tahunnya. Pendapat lain menerangkan Nabi Adam biasa puasa pada hari jumat, karena pada hari itu ia diciptakan diturunkan ke bumi, juga tobatnya diterima Allah. Ada yang meyakini puasa yang dilaksanakan Nabi Adam sebagai bentuk rasa syukurnya bertemu dengan Siti Hawa setelah sekian lama berpisah.  

    Ada juga pendapat lain mengatakan ia berpuasa bertujuan untuk mendoakan putra-putrinya. Dilansir dari buku Isyarat Islam Ilmiah dalam Idealitas Ramadan karya M. Zainul Hasani Syarif, Nabi Nuh diriwayatkan juga berpuasa selama 3 hari setiap bulan sepanjang tahun terutama ketika kapalnya terkatung-katung dibawa ombak besar. Nabi Ibrahim selaku bapaknya para Nabi dan Rasul yang terkenal dengan kegemarannya berpuasa ketika menerima wahyu dari Allah.  

    Nabi Ya’kub yang gemar berpuasa dengan tujuan keselamatan anak-anaknya. Nabi Yusuf yang selalu berpuasa berserah diri kepada Allah atas nasibnya ketika dimasukkan ke penjara. Nabi Yunus berpuasa dari makan dan minum selama berada dalam perut ikan yang besar karena meninggalkan kaumnya yang tak mau beriman. Nabi Ayub berpuasa dalam keadaan yang sangat memprihatinkan tertimpa penyakit yang sangat sulit disembuhkan hingga akhirnya beliau ditinggalkan oleh keluarganya.  

    Nabi Syuaib berpuasa dengan tujuan bertakwa kepada Allah. Nabi Musa puasa 40 hari 40 malam ketika pergi ke bukit Sinai untuk menerima wahyu. Nabi Ilyas berpuasa selam 40 hari dan 40 malam ketika akan beranjak menghadap Tuhan untuk menerima wahyu di gua Horeb. Daud terkenal dengan Nabi yang sehari buka-sehari puasa, kemudian dikenal dengan puasa Daud sampai saat ini. Nabi Isa berpuasa selama 40 hari ketika ia menyatakan dirinya sebagai utusan Tuhan yang menyampaikan kebaikan di muka bumi.  

    Setelah para Nabi yang merupakan tokoh dan pemimpin pada masanya meninggal, maka tradisi baik itu terus berlanjut dilakukan oleh masyarakat secara turun temurun sehingga menjadi adat kebiasaan yang dianggap sakral. Terbukti pemeluk agama Mesir Kuno masih tetap berpuasa untuk menghormati para dewa, berhala, sungai nil, juga matahari. Ada masyarakat.  

    Yunani Kuno juga berpuasa dengan cara para wanitanya duduk di atas tanah sambil merenungi nasib, dan hukum melakukannya adalah wajib. Selanjutnya masyarakat Romawi Kuno juga berpuasa ketika mau menghadapi peperangan. Kemudian sampailah ajaran puasa itu pada Nabi Muhammad saw sebagai tokoh besar yang melanjutkan tradisi spiritual luhur itu.  

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    Secara turun temurun istilah puasa merupakan warisan spiritual, akan tetapi terdapat banyak perbedaan di dalamnya, mulai dari tata cara berpuasa, waktu dan tempat pelaksanaan, serta tujuan dilakukan. Bentuk puasa yang dilakukan Nabi biasanya lebih kepada tidak makan dan minum serta jimak, dan dilaksankan pada waktu-waktu tetentu serta disesuaikan dengan hajatnya (Ini dilakukan sebelum ada perintah puasa secara eksplisit) seperti salah satunya puasa asyura.  

    Imam Syafi’i dan Imam Hanafi menyebut Nabi sangat menyukai berpuasa 3 hari bulan asyura pada hari kesembilan, kesepuluh, kesebelas. Kemudian setelah diturunkan perintah kewajiban berpuasa maka ia memerintahkan pengikutnya untuk memprioritaskan  

    puasa yang langsung datangnya dari Allah. Semenjak kewajiban wajib itu, maka tercatat Nabi menjalani ibadah puasa ramadan selama hidupnya sebanyak 9 kali dengan permulaan puasa jatuh pada tanggal 26 februari 624 M atau tahun 2 H sampai dengan 10 H. Selama Nabi berpuasa, sebanyak 6 kali menjumpai puasa berjumlah 29 hari, dan 3 kali menjumpai puasa selama 30 hari.  

    Menurut keterangan yang masyhur, perintah puasa secara langsung turun kepada Nabi ketika berada di Madinah pada bulan sya’ban tahun ke-2 Hijriah. Madinah dipilih karena merupakan kota yang sangat aman, akhlak masyarakat tidak terlalu keras, iman dan Islam pun sudah meningkat dan berkembang. Allah sungguh maha tahu atas segala sesuatu sehingga perintah puasa tidak diturunkan di kota Mekah, karena masih dalam keadaan kurang stabil dan watak masyarakatnya masih sulit menerima Islam.  

    Strategi Allah tersebut merupakan suatu contoh bagi kehidupan bahwa segala sesuatu itu harus diposisikan pada tempat yang sesuai dan dalam waktu yang tepat agar tidak menimbulkan mudarat yang besar. Sungguh tidak bisa dibayangkan seandainya perintah puasa ini benar-benar Allah turunkan di kota Mekah, betapa lelahnya Nabi dalam menyerukan kewajiban berpuasa. 

    Sedang menanamkan akidah saja, nyawa jadi taruhan. Dalam banyak riwayat menceritakan perilaku jahat masyarakat Mekah kepada Nabi dengan hinaan, cacian, dianggap gila, diludahi, dilempar batu dan kotoran, dicekik pakai serban dari belakang, bahkan tidak terhitung sudah rencana pembunuhan yang dirancang.  

    Kabar Trenggalek - Edukasi

    Editor:Zamz

    ADVERTISEMENT
    Lodho Ayam Pak Yusuf