KBRT - Saung Ledokan Widoro (SLOW), yang dulunya pasar rakyat aktif di Desa Widoro, Kecamatan Gandusari, kini tampak memprihatinkan. Setelah dihantam puting beliung pada 2017 dan beralih fungsi menjadi pusat UMKM, tempat ini kini sepi dan tak terurus.
Dari sekitar 20 lapak, hanya satu yang masih aktif. Isa Ansori (47), pedagang minuman dan makanan ringan, tetap berjualan setiap hari meski pengunjung nyaris tak ada.
“Dari pagi sampai sore, hanya saya yang tetap berjualan. Pedagang sudah banyak yang tidak berjualan karena sepi pengunjung sejak 2023,” ujar Isa.
Ia menceritakan bahwa lokasi ini awalnya akan dijadikan bank sampah pasca bencana, namun kemudian disulap menjadi lahan UMKM oleh mendiang kepala desa.
“Awal dibuka, semua lapak ramai. Tapi setelah itu sepi, hanya saya dan dua pedagang lain yang masih aktif,” katanya.
Kini, perawatan dan kebersihan saung menjadi tanggung jawab Isa dan rekan-rekannya, karena retribusi untuk membayar petugas sudah tidak ada.
“Sebelum sepi, perawatan dibiayai dari retribusi pedagang. Sekarang, yang menyapu ya saya dan pedagang lain,” tambahnya.
Meski hanya ramai saat ada acara, Isa tetap bertahan. Terakhir, keramaian terjadi pada Agustus tahun lalu.
“Saat ada acara, semua pedagang buka kembali karena pengunjung ramai,” tuturnya.
Isa berharap ada perhatian dari pihak desa agar saung ini bisa kembali hidup. “Sejak kepala desa digantikan, perhatian terhadap tempat ini berkurang. Saya berharap ada yang peduli agar saung ini bisa kembali ramai,” pungkasnya.
Kabar Trenggalek - Sosial
Editor:Zamz