Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Cerita Rumah Organik Trenggalek Sebarkan Edukasi Hidup Sehat Lewat Media Sosial

  • Rumah Organik Trenggalek merupakan house-farm berbasis organik yang berada di Kelurahan Kelutan, Kabupaten Trenggalek.
  • Chikita Dinda (26) dan suaminya, Muhammad Ainur Rofiq (27) merupakan sosok penerus Rumah Organik Trenggalek setelah diinisiasi oleh sang ayah pada 2017 silam.
  • Rumah Organik Trenggalek terus mengembangkan tanaman kebun dan aktif memberikan edukasi lewat media sosial.
Bermula dari keinginan hidup sehat dan membuat kebun rumah, Chikita Dinda (26) beserta suaminya, M. Ainur Rofiq (27) kini menjadi penerus Rumah Organik Trenggalek. Pasangan muda itu sehari-hari giat merawat kebun dan menyebarkan gaya hidup sehat lewat media sosial.Rumah Organik Trenggalek berdiri tahun 2017 berkat inisiasi sang ayah. Bermodal lahan kosong serta peralatan sederhana di rumah, dirinya dibantu putri bungsu, Chikita, berhasil mewujudkan sebuah kebun. Kebun ini terletak pada kediaman keluarga Chikita di Gang Langsep, Kelurahan Kelutan, Kabupaten Trenggalek.Tanaman cabai, tomat, kangkung, selada, hingga bawang tumbuh subur mengisi pekarangan dan balkon rumah. Bahkan, buah stroberi yang umumnya tumbuh di daerah dataran tinggi juga berhasil tumbuh di sana."Orang itu tertarik karena [heran] di Trenggalek [wilayah kota] kok ada stroberi, itu yang malah jadi kayak primadonanya Rumah Organik Trenggalek. Kadang juga ada orang ke sini, jadi metik sendiri gitu," jelas Chikita pada Kabar Trenggalek, Senin (4/11/2023).Bagi yang berkunjung ke kebun milik Rumah Organik Trenggalek dapat melihat langsung jejeran pipa air berdiameter 3 inci ditumbuhi beragam sayur dan buah. Pipa-pipa itu dilubangi dan jadi penopang media tanam. Di dalamnya terisi tanah dan sumbu air dengan sistem penanaman hidroponik.Botol dan wadah plastik bekas pun tak luput digunakan. Botol dan wadah bekas dipilih sebagai tempat bagi media tanam. Berjejer pula nampan yang digunakan untuk menyemai benih tanaman.Terdapat juga kolam berukuran 1 x 1,5 meter dengan kedalaman 90 cm. Kolam itu berisi ratusan ikan lele yang kebanyakan berjenis brown bullhead (Ameiurus nebulosus).

Komitmen untuk Hidup Sehat

Sesuai namanya, Chikita beserta keluarga dapat menghasilkan sayur dan buah sendiri dari rumah secara organik. Hasil kebun Rumah Organik mereka gunakan utamanya untuk membantu kebutuhan domestik. Selebihnya, hasil kebun juga mereka jual."Juga ada yang produksinya lebih. Kayak enggak sanggup juga kita ngabisin [hasil kebun] itu. Daripada layu atau rusak dan lain-lain, biasanya kita coba jual," ujar Chikita.Biasanya Chikita bersama suami menjual hasil kebun pada kerabat sekitar. Tak sedikit pula yang datang sebab mengetahui Rumah Organik Trenggalek dari media sosial. Kendati masih dalam skala domestik, Chikita juga masih dapat menitipkan hasil kebunnya pada lapak penjual sayur untuk dijajakan."Targetnya itu orang-orang tertentu. Biasanya kenalan ya, memang dia udah aware dengan [hasil tanaman] organik itu. Terus juga paling kita juga nitipin ke tukang sayur, gitu," ujar Chikita.Berkebun dengan organik memang menjadi pilihan keluarganya. Hal ini menjadi salah satu praktik gaya hidup sehat yang mereka sepakati. Chikita dan keluarganya punya alasan tersendiri hingga memutuskan berkebun secara organik."Kenapa organik sebenarnya [karena] ngelihat kenyataan pangannya kita sih. Kayak misal kita beli sayur di pasar atau di luar lah, kita kan nggak tahu toh itu tuh nanamnya gimana. Terus juga biasanya sering pakai pestisida gitu-gitu kan. Nah, [bahan kimia] itu kan lama-kelamaan juga numpuk di kita. Kalau kita konsumsi terus-menerus itu untuk jangka panjang enggak bagus juga," kata Chikita.Rofiq suaminya juga menyepakati hal yang sama. Rofiq mengilhami cara hidup yang dilihatnya dari orang tua terdahulu. Terlebih, ia juga mendapat pemahaman cara bercocok tanam dari kakeknya.Rofiq bercerita, "Mbah saya sendiri kan petani ya. Sekarang Alhamdulillah masih sehat. Memang dari awal itu nanam sendiri terus pupuknya itu dari pupuk kandang, jadi semua organik.""Di belakang rumah itu kayak ada ladang gitu. Nah [kakek saya] setiap hari ngambil makanannya dari situ ya. Alhamdulillahnya sampai umur 80 [tahun] ke atas, sekarang itu sudah [berumur sekitar] 86 [tahun] itu masih bisa berkebun sendiri dan lain sebagainya," lanjut Rofiq.Bagi Rofiq, kakeknya merupakan figur yang ia contoh dalam hal bercocok tanam dan menjalani gaya hidup organik."Berarti mbah-mbah dulu itu sebenarnya udah ngasih contoh, cuma kitanya aja yang enggak aware, kayak gitu," ujar Rofiq.Kesamaan pandangan untuk menjalani gaya hidup sehat menjadi komitmen dalam keluarga. Tak ayal, Rumah Organik Trenggalek menjadi representasi akan komitmen yang telah mereka jalani selama beberapa tahun."Jadi [Rumah Organik Trenggalek] ini tuh kayak project keluarga," ujar Rofiq.

Sebarkan Gaya Hidup Sehat lewat Media Sosial

Tak mau 'tanggung', Chikita akhirnya membagikan aktivitas yang keluarganya lakoni lewat video edukasi. Ia membagikan video edukasi di media sosial tepatnya sejak bulan Desember 2022.Video edukasi yang Chikita buat ia unggah pada platform media sosial Instagram dan TikTok. Hal ini ia lakukan sebab dirinya ingin turut menyebarkan gaya hidup sehat secara lebih luas."Biar orang-orang tuh lebih aware gitu loh dengan gaya hidup sehat karena sekarang kan penyakit juga macam-macam ya. Kita juga nggak pengen orang [terkena penyakit]. Terus caranya mengubah gimana? Ya sesimpel dari unit terkecil, keluarga kita sendiri," jelas Chikita.Lebih banyak, Chikita membagikan informasi soal berkebun secara organik. Menurutnya, gaya hidup yang lebih sehat dapat dimulai dari menanam bahan pangan sendiri secara organik. Hal itu ia lakukan dengan harapan agar banyak orang juga dapat mewujudkan ketahanan pangan keluarga."Poin-poin edukasinya sebenarnya yang pertama yaitu menyebarkan gaya hidup sehat. Terus juga, eh, kita bisa loh menerapkan ketahanan pangan dari rumah kita sendiri," ujar Chikita.Bermodal kamera ponsel dan keahlian menyunting video, Chikita membagikan tips seperti memanfaatkan limbah dapur sebagai pestisida alami. Ia juga membagikan kiat sehat dalam keseharian seperti cara meracik minuman yang kaya vitamin c secara mandiri.Selain itu, Chikita juga mengajak banyak orang untuk memanfaatkan limbah organik. Ia seringkali membagikan cara mengubah limbah organik dari rumah tangga menjadi pupuk organik.Melalui video edukasi yang ia buat, Chikita menekankan untuk menggunakan bahan pangan dari kebun sendiri. Ia membuat segmen dengan tajuk "Terasponik" yang merupakan akronim dari "Teras Rumah sebagai Lahan Hidroponik/Aquaponik".Bagi Chikita, ketiadaan lahan bukanlah alasan untuk tidak menanam. Terdapat banyak cara dan alternatif untuk tetap bercocok tanam, bahkan dengan biaya paling minim sekalipun.Video edukasi yang ia bagikan di media sosial kerapkali mendapat ratusan hingga puluhan ribu penonton. Pada platform TikTok, akun milik Rumah Organik Trenggalek telah diikuti ribuan pengikut. Banyak di antara netizen yang merasa terbantu oleh video edukasi yang Chikita buat.

Makna Bercocok Tanam bagi Rumah Organik Trenggalek

Rofiq sendiri mengaku bangga dapat menjadi penerus Rumah Organik Trenggalek. Selain menjadi aktivitas yang menyenangkan dan menyehatkan, bagi Rofiq, aktivitas bercocok tanam juga membanggakan."Kita bisa mencukupi pangan sendiri, kalau bisa itu dari hasil kita sendiri, nah itulah kebanggaannya," ujar Rofiq.Chikita juga menambahkan arti bercocok tanam baginya. Dengan bercocok tanam, menurutnya seseorang dapat menjadi individu yang lebih peka serta tekun dalam menghayati proses."Kita tuh jadi tahu proses gitu loh, Kayak kita dari awal [menanam] benih, terus menyemai, sampai akhirnya kita panen gitu kan ada kepuasan tersendiri. Kita juga [akhirnya] menghadirkan itu [hasil panen] di meja makan kita," tambah Chikita.Semangat bercocok tanam dan menjalani kehidupan sehat merupakan hal yang ingin ditularkan oleh Chikita. Dirinya berharap agar setiap rumah tangga di Kabupaten Trenggalek turut mengisi ruang-ruang di sekitar rumah dengan tanaman.Sementara suaminya, Rofiq, turut menyampaikan harapan pada generasi muda. Menurutnya generasi muda harus terus melanggengkan aktivitas bercocok tanam. Tak hanya berkebun, tapi juga bertani."Karena pertanian itu penopang utama [kehidupan] kita sebenarnya. Pertanian inilah bentuk kehidupan dan investasi jangka panjang itu," pungkas Rofiq.