KBRT – Industri rokok nasional tengah mengalami tekanan, namun ekosistem pabrik rokok di Kabupaten Trenggalek disebut pemerintah menunjukkan tren positif. Tahun 2025 ini, empat investor baru tercatat berminat mendirikan pabrik rokok di Bumi Menak Sopal.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Perinaker) Trenggalek, Totok Rudjianto, menyampaikan bahwa saat ini terdapat 21 pabrik rokok di wilayahnya. Dari jumlah tersebut, 14 pabrik masih aktif beroperasi, sementara 7 pabrik lainnya sudah tidak lagi berproduksi.
“Selain pabrik yang sudah berjalan, saat ini ada proses pendirian empat pabrik baru yang lokasinya tersebar di Pogalan, Gandusari, dan Kampak. Mereka sedang mengurus perizinan,” kata Totok.
Sektor rokok di Trenggalek berperan penting dalam menyerap tenaga kerja. Data mencatat, sebanyak 1.336 pekerja telah terserap, dengan PR Alfi Putra—atau dikenal dengan Boy—di Desa Gembleb, Kecamatan Pogalan, menjadi pabrik terbesar yang mempekerjakan 667 orang.
Menurut Totok, industri tembakau masih memiliki potensi besar bagi daerah. Pemerintah pun mendukung pengembangan sumber daya manusia melalui Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT).
“Selain pelatihan melinting rokok manual untuk menghasilkan produk berkualitas, kami juga membantu perusahaan dalam fasilitasi kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan,” jelasnya.
Investasi di sektor rokok Trenggalek kini mencapai Rp 12,44 miliar. Nilai ini dinilai memberi efek berantai terhadap pembangunan ekonomi lokal, salah satunya perbaikan infrastruktur berupa pengaspalan dan pavingisasi di sekitar kawasan pabrik.
Totok menegaskan, meski secara nasional industri rokok kerap dipandang lesu, kondisi di Trenggalek justru berbeda.
“Dengan adanya tambahan pabrik baru, sektor ini diyakini semakin memperkuat struktur ekonomi daerah sekaligus memperluas lapangan kerja bagi masyarakat,” kata dia.
Kabar Trenggalek - Ekonomi
Editor:Lek Zuhri