Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Login ke KBRTTulis Artikel

Tempe Kripik Khas Trenggalek Terancam: Produksi Turun Drastis, Harga Naik

Produksi tempe kripik Trenggalek turun akibat sepinya pembeli dan harga bahan baku naik. Produsen hanya bisa produksi dua kali seminggu.

  • 03 Oct 2025 10:00 WIB
  • Google News

    Poin Penting

    • Produksi tempe kripik Trenggalek anjlok, hanya dua kali seminggu.
    • Kenaikan harga tempe dan minyak goreng membuat untung tipis.
    • Produsen tetap menjaga kualitas dengan bumbu asli dan minyak premium.

    KBRTProduksi jajanan khas Trenggalek, tempe kripik, di sejumlah kios pusat oleh-oleh mengalami penurunan drastis. Sepinya pembeli ditambah harga bahan baku yang terus naik membuat produsen terpaksa mengurangi jumlah produksi agar tetap bertahan.

    Mursinah (64), produsen tempe kripik Alam Sari di Jalan Yos Sudarso No. 50, Kelurahan Ngantru, Kecamatan Trenggalek, mengaku kini hanya bisa memproduksi dua kali seminggu. Padahal, sebelumnya ia bisa memproduksi hampir setiap hari, kecuali akhir pekan.

    “Dulu hampir setiap hari bisa produksi, liburnya waktu akhir pekan. Sekarang hanya bisa produksi 2 kali dalam satu minggu,” ujar Mursinah.

    Dalam sekali produksi, ia menghasilkan sekitar 1.600 lembar tempe kripik. Namun, harga bahan baku seperti tempe dan minyak goreng yang terus naik membuat jumlah produksi tidak bisa sebanyak dulu.

    Harga tempe mentah dari produsen lokal kini mencapai Rp1.300 per bungkus berisi lima lembar tempe. Jika harga kedelai naik atau daun pisang sulit didapat, Mursinah harus menambah biaya hingga Rp50.000 per pembelian.

    “Sekarang minyak goreng premium itu harganya sudah sampai Rp500.000 lebih per karton isi 20 liter. Harga minyak goreng selalu naik setiap tahunnya, kalau dibandingkan dulu sebelum ada pandemi bisa hampir 2 kali lipat,” ungkapnya.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    Saat ini, tempe kripik di kios Alam Sari dijual Rp1.700 per lembar. Ia juga menyediakan paket box berisi 20, 50, atau 100 lembar dengan harga diskon untuk menarik pembeli. Meski demikian, keuntungan yang didapat disebut semakin tipis akibat kenaikan harga bahan baku.

    “Dulu banyak wisatawan, misalnya dari Hutan Kota atau habis menginap di Jaaz pulang mampir sini, untuk beli oleh-oleh dan dibawa pulang. Katanya rasa tempe kripik di sini itu khas dan berbeda. Tapi sekarang lebih banyak orang Trenggalek sendiri yang mau dibawa keluar kota,” tuturnya.

    Menurutnya, harga tempe kripik di sepanjang Jalan Yos Sudarso memang lebih tinggi dibandingkan pasaran. Hal itu lantaran bahan baku dan proses pengolahannya berbeda.

    Mursinah yang sudah menekuni usaha ini sejak 1990-an tetap mempertahankan kualitas produknya. Ia menggunakan minyak goreng premium serta bumbu asli seperti bawang putih, ketumbar, dan kemiri agar cita rasa tetap terjaga.

    “Bedanya tempe kripik di sini itu ada di rasa dan kualitas. Saya jaga bumbu, minyak, dan cara menggoreng. Minyak tidak boleh terlalu panas karena bisa membuat rasanya beda. Itu yang membuat pelanggan tetap kembali membeli,” jelas Mursinah.

    Kawan Pembaca, Terimakasih telah membaca berita kami. Dukung Kabar Trenggalek agar tetap independen.

    Kabar Trenggalek - Ekonomi

    Editor:Zamz