Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Potensi Cuaca Ekstrem di Periode Puncak Musim Hujan, Ini Antisipasi BMKG

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memaparkan upaya antisipasi potensi cuaca ekstrem di periode puncak musim hujan. Hal itu Guswanto, Deputi Bidang Meteorologi BMKG.

Guswanto memaparkan dinamika iklim dan cuaca berdasarkan analisis data iklim BMKG. Tercatat, sekitar lebih dari 55% wilayah Zona Musim Indonesia diprediksikan memasuki puncak musim hujan pada periode bulan Januari - Februari 2024.

"Sementara itu kondisi dinamika atmosfer di wilayah Indonesia dalam sepekan kedepan masih dapat memicu potensi cuaca signifikan di beberapa wilayah," ujar Guswanto dilansir dari laman BMKG.

Guswanto mengatakan, aktivitas Monsun Asia yang masih memicu potensi pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia terutama di bagian tengah dan selatan.

"Aktifnya gelombang ekuator Rossby dan Kelvin di sekitar wilayah Indonesia bagian tengah dan timur ynag turut memicu peningkatan potensi awan hujan," ucap Guswanto.

Menurut penjelasan Guswanto, terbentuknya pola belokan dan pertemuan angin yang memanjang di wilayah Indonesia bagian Tengah dan Selatan termasuk Sumatra, Jawa, dan Kalimantan sebagai dampak dari penguatan angin Monsun Asia.

BMKG mencatat, dalam tiga hari terakhir (05 - 07 Februari 2024) terjadi curah hujan intensitas lebat hingga sangat lebat terjadi di beberapa wilayah Indonesia, yaitu:

Cilacap (62.0 mm/hari), Juanda (60.3 mm/hari), Luwu Utara (53.8 mm/hari), Padang Panjang (89.5 mm/hari), Jayapura (73.0 mm/hari), Balikpapan (62.0 mm/hari), Jambi (53.0 mm/hari), Stagen Kotabaru (56.0 mm/hari), Bali (118.9 mm/hari), Makassar (52.0 mm/hari). Sedangkan curah hujan intensitas ekstrem terjadi di Perak Surabaya (166.0 mm/hari).

Berdasarkan kondisi tersebut, sebagian Wilayah yang perlu diwaspadai untuk Potensi Hujan intensitas sedang-lebat periode tanggal 09 -14 Februari 2024 adalah sebagai berikut:

  1. Sumatra Barat
  2. Jambi
  3. Bangka Belitung
  4. Sumatra Selatan
  5. Bengkulu
  6. Lampung
  7. Banten
  8. DKI Jakarta
  9. Jawa Barat
  10. Jawa Tengah
  11. DI Yogyakarta
  12. Jawa Timur
  13. Kalimantan Barat
  14. Kalimantan Tengah
  15. Kalimantan Timur
  16. Kalimantan Utara
  17. Kalimantan Selatan
  18. Sulawesi Utara
  19. Gorontalo
  20. Sulawesi Tengah
  21. Sulawesi Barat
  22. Sulawesi Selatan
  23. Sulawesi Tenggara
  24. Maluku Utara
  25. Papua Barat
  26. Papua

Guswanto menjelaskan, salah satu langkah yang telah dilakukan BMKG dalam mengantisipasi potensi cuaca ekstrem selama puncak musim hujan ini adalah dengan menempatkan 1 unit Mobile Weather Radar di Stasiun Meteorologi Kertajati sejak tanggal 31 Januari 2024.

"Hal ini bertujuan untuk memantau perkembangan cuaca secara terkini di sekitar wilayah Jawa Barat dan sekitarnya," terangnya.

Resolusi spasial data radar cuaca yang dihasilkan dari mobil radar tersebut mencapai 250 meter dengan resolusi temporal data sekitar 05-10 menit, sementara itu cakupan areanya hingga 120 km yang meliputi wilayah Bandung, Subang, Cirebon, Sumedang, Tasikmalaya, Banjar, Tegal, Indramayu, Kuningan dan Purwakarta.

Mobile Radar BMKG ini dapat dimanfaatkan untuk memberikan Aerodrome Warning bagi pesawat yang akan take off dan landing di Bandara Kertajati, selain itu produk Citra Radar yang dihasilkan dapat digunakan untuk meningkatkan layanan informasi peringatan dini cuaca ekstrem, khususnya di wilayah Jawa Barat dan sekitarnya.

Guswanto menyampaikan, pihak-pihak terkait diharapkan melakukan persiapan. Beberapa di antaranya adalah memastikan kapasitas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air siap untuk mengantisipasi peningkatan curah hujan.

"Melakukan penataan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan tidak melakukan pemotongan lereng atau penebangan pohon yang tidak terkontrol serta melakukan program penghijauan secara lebih masif," jelasnya.

Kemudian, melakukan pemangkasan dahan dan ranting pohon yang rapuh serta menguatkan tegakan/tiang, serta papan reklame/baliho agar tidak roboh tertiup angin kencang. Serta, lebih mengintensifkan koordinasi, sinergi, dan komunikasi antar pihak terkait untuk kesiapsiagaan antisipasi bencana hidrometrorologi.

"Terus memonitor informasi perkembangan cuaca dan peringatan dini cuaca ekstrem dari BMKG, secara lebih rinci dan detail untuk tiap kecamatan di seluruh wilayah Indonesia," tandas Guswanto.