KBRT – Pembangunan hunian sementara (huntara) bagi warga terdampak tanah gerak di Desa Ngrandu, Kecamatan Suruh, Kabupaten Trenggalek, masih jauh dari selesai. Dari 27 unit yang direncanakan Pemerintah Provinsi Jawa Timur, progres pembangunan baru mencapai sekitar 45 persen.
Hunian ini menjadi tumpuan hidup baru bagi puluhan keluarga yang rumahnya rusak akibat bencana. Kelayakan tempat tinggal, ketersediaan fasilitas umum, hingga infrastruktur dasar seperti listrik dan air bersih menjadi kebutuhan mendesak.
Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, yang hadir dalam peletakan batu pertama Masjid Ikhlas Bakti di lokasi huntara, menyebut pembangunan hunian masih penuh tantangan.
“Ini sudah melalui proses yang panjang bagi warga dan semoga warga nanti bisa menjalani hidup kembali di sini dalam kondisi yang baik. Kita persiapkan semuanya meskipun tidak mudah, dan terima kasih pemerintah provinsi yang telah menyiapkan huntara-nya."
Sedangkan prasarana lainnya menurutnya gotong royong, seperti prasarana ekonomi dan PR besarnya infrastruktur, khususnya listrik dan air akan segera dipersiapkan.
Arifin menambahkan, tanah desa di sekitar huntara juga akan dimanfaatkan untuk kegiatan ekonomi bersama agar penyintas tidak hanya mendapat tempat tinggal, tetapi juga peluang usaha.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Trenggalek sekaligus Kepala BPBD, Edy Soepriyanto, mengakui progres masih berjalan.
“Sekilas kami sampaikan laporan dari Kalaksa BPBD, bahwa lokasi sudah terpilih dan mulai ada pembangunan huntara. Harapannya bisa selesai tahun 2025 dan fasilitas seperti listrik, air bersih, serta kebutuhan sehari-hari segera tersedia,” ujarnya.
Kabar Trenggalek - Peristiwa
Editor:Zamz