KBRT - Sebanyak 17 siswa kelas 6 SD Negeri 4 Bendorejo, Kecamatan Pogalan, Trenggalek, mengikuti acara pelepasan dan pentas seni yang digelar pada Kamis (19/06/2025). Meski rutin digelar setiap tahun selama enam tahun terakhir, sejumlah wali murid mengaku keberatan karena kegiatan tersebut dinilai membebani secara ekonomi.
Subari (68), wali dari Arini Putri, salah satu siswa kelas 6, menyampaikan keluhannya terkait biaya yang harus dikeluarkan. Menurutnya, pengeluaran acara pelepasan ini berbarengan dengan kebutuhan biaya masuk jenjang pendidikan selanjutnya.
“Ongkosnya tetap berat, kan mau masuk SMP biayanya juga tidak sedikit. Kemarin sudah habis sekitar dua juta. Seharusnya iurannya bisa dibuat tambahan masuk ke SMP,” ujar Subari saat ditemui Rabu (18/6/2025), sehari sebelum acara berlangsung.
Subari menyebutkan bahwa kegiatan serupa mulai digelar sejak pergantian kepala sekolah enam tahun lalu. Sebelumnya, pelepasan hanya dilakukan secara sederhana di dalam kelas dengan acara syukuran. Namun kini, acara dihelat lebih meriah, menyerupai prosesi wisuda.
Iuran yang ditentukan sebesar Rp150.000, namun kebutuhan tambahan seperti pakaian dan buket membuat total pengeluaran mencapai sekitar Rp500.000 per anak. Subari menambahkan, saat persiapan acara, wali murid diminta bergotong royong menyiapkan tenda dan panggung, namun sebagian tidak hadir karena merasa terbebani.
“Sudah banyak yang kesal, jadi tidak ikut persiapan,” ujarnya.
Meski begitu, Subari menyebut acara tahun ini terasa sedikit lebih ringan karena ada wali murid yang menyumbang untuk meringankan beban wali lainnya. Ia juga menuturkan bahwa sebagian wali murid merasa tidak setuju dengan penyelenggaraan acara, namun tidak bisa menolak karena merasa mendapat tekanan secara tidak langsung.
Dalam pantauan Kabar Trenggalek, acara pelepasan tersebut dihadiri wali murid dari kelas lain. Siswa kelas 1 juga ikut serta dalam pementasan tari dan drama. Sementara siswa kelas 6 mengenakan pakaian formal seperti kebaya dan jas.
Kepala Sekolah SD Negeri 4 Bendorejo, Mamik Sulaswati, menegaskan bahwa pihak sekolah tidak terlibat dalam perencanaan maupun pelaksanaan acara. Ia menyatakan bahwa pelepasan siswa merupakan inisiatif penuh dari para wali murid.
“Kegiatan ini bukan permintaan dari sekolah, para wali murid yang meminta. Jadi semuanya telah disepakati,” tegas Mamik.
Ia juga menjelaskan bahwa sekolah tidak menarik iuran dalam bentuk apa pun dan tidak ikut dalam rapat koordinasi. Semua perlengkapan seperti tenda dan pengeras suara, menurutnya, adalah hasil usaha wali murid sendiri.
“Tenda yang digunakan itu tenda sederhana, biasa dipakai saat ada kematian. Pihak sekolah tidak ikut campur,” ujarnya.
Terkait kebijakan pelarangan pelepasan atau "wisuda" yang membebani wali murid, Mamik mengaku sudah menyampaikan hal tersebut. Namun, kegiatan tetap berjalan karena ada permintaan dan kesepakatan dari wali murid.
“Sejauh ini tidak pernah ada wali murid yang menyampaikan tidak setuju kepada kegiatan pelepasan atau wisuda yang telah terlaksana,” tandasnya.
Kabar Trenggalek - Peristiwa
Editor:Zamz